Kibarkan Bendera Putih karena PPKM Diperpanjang, Pengusaha Pariwisata Ciwidey: Gak Kuat

"Itu ekspresi kesulitan pengusaha pariwisata," ujarnya.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 04 Agustus 2021 | 00:00 WIB
Kibarkan Bendera Putih karena PPKM Diperpanjang, Pengusaha Pariwisata Ciwidey: Gak Kuat
ILUSTRASI-Pengelola wisata Pacet Mojokerto kibarkan bendera putih [Foto: Suarajatimpost]

SuaraJabar.id - Pemerintah resmi memperpanjang PPKM Level 4. Kebijakan ini langsung mendapat sambutan dari para pelaku bisnis pariwisata di Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Para pengelola objek wisata di Ciwidey langsung mengibarkan bendera putih saat PPKM Level 4 Diperpanjang.

Pengibaran bendera putih itu menandakan pengelola objek wisata tidak kuat, karena harus kembali menutup aktivitas wisata, sementara karyawan tetap digaji.

Ricky, pengelola objek wisata Ciwidey Valley mengatakan, pihaknya sengaja mengibarkan bendera putih karena sudah tidak kuat jika keadaan pariwisata dilumpuhkan.

Baca Juga:Kasus Aktif Covid-19 di Kota Bandung Diklaim Turun Drastis

"Sudah tidak kuat, makanya kami kibarkan bendera putih," ujar Ricky, Selasa (3/8/2021).

Selama dua bulan terakhir, atau sejak PPKM diberlakukan, aktivitas wisata di Ciwidey menjadi lumpuh, sehingga selama itu pengelola wisata tidak mendapat pemasukan.

Di lain sisi, karyawan tetap dipekerjakan sehingga kas perusahaan terus menipis karena tidak ada pemasukan.

"Jika nanti diperpanjang lagi, kami tidak tahu harus bagaimana. Kami berharap tidak ada perpanjangan PPKM," ucapnya.

Ketua PHRI Kabupaten Bandung Use Juhaya mengatakan, pengibaran bendera putih oleh pengelola pariwisata di Ciwidey merupakan ekspresi atas kondisi saat ini.

Baca Juga:Persib Sambut Baik Rencana PT LIB Segera Gulirkan Liga 1 2021

"Itu ekspresi kesulitan pengusaha pariwisata," ujarnya.

Dia berharap PPKM tidak kembali diperpanjang pasca-perpanjangan sampai 9 Agustus oleh pemerintah pusat.

"Kondisinya sangat sulit, objek wisata tidak ada pemasukan. Hotel dan restoran juga kondisinya banyak yang buka-tutup. Sementara gaji karyawan tetap harus dibayarkan, belum tunggakan ke bank dan pengeluaran lainnya termasuk listrik," katanya.

Jika objek wisata kembali ditutup, bukan hal yang mustahil akan banyak pengusaha pariwisata yang gulung tikar karena tidak mendapat pemasukan sama sekali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini