Warga Kampung Adat Cireundeu Tetap Jaga Tradisi di Tengah Pandemi

Warga Kampung Cireundeu sangat patuh untuk menjaga hutan sakral dalam kehidupan sehari-hari.

Ari Syahril Ramadhan
Senin, 09 Agustus 2021 | 13:51 WIB
Warga Kampung Adat Cireundeu Tetap Jaga Tradisi di Tengah Pandemi
Suasana di Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Suasana sejuk sudah terasa ketika menginjakan kaki di Kampung Adat Cireundeu, RW 10, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.

Kampung tersebut masih terlihat asri dengan pepohonan yag tumbuh rindang. Tanpa gedung bertingkat, warga di sana nampak damai menikmati hidup.

Pandemi COVID-19 memang secara tak langsung mengusik mereka. Warga Kampung Adat tetap patuh pada keputusan pemerintah tentang penanganan pandemi.

Termasuk ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat dan PPKM Level 4 diterapkan.

Baca Juga:Ahli Sebaran Penyakit UI Sarankan PPKM Kembali Diperpanjang, Apa Alasannya?

Di hari Masyarakat Adat Sedunia, sekitar 60 Kepala Keluarga (KK), dengan 240 jiwa yang menganut aliran kepercayaan Sunda Wiwitan di Kampung Adat Cireundeu pun memanjatkan doa agar pandemi COVID-19 segera berakhir.

"Momen ini harapan dan kita berdoa panyakit ini segera berlalu," ujar Abah Widi, salah seorang sesepuh Kampung Adat Cireundeu kepada Suara.com, Senin (9/8/2021).

Kampung Adat Cireundeu diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 atau sekitar 500 tahun yang lalu. Keberadaan kampung adat tersebut dikuatkan dengan penelitian adanya batu penyanggah rumah saat itu.

Para sesepuh atau karuhun yang ada di dalamnya di antaranya Eyang Nursalam, Eyang Ama, hingga Aki Madrais yang disebut membuat 'lembur' atau kampung saat itu.

"Saat itu Cireundeu sudah ada," ucap Abah Widi.

Baca Juga:Perjuangan untuk Merdeka dari Pandemi COVID-19

Warga Kampung Adat Cireunseu sejak saat itu, kepercayaan Sunda Wiwitan sudah ada, dan diteruskan oleh para anak, cucu hingga cicitnya. Kepercayaan itu terus dipupuk ratusan warga di tengah sebagian pemeluk Islam.

Kini, mereka hidup berdampingan. Tanpa sekat, mereka selalu mengedepankan sikap saling menghormati meski berbeda keyakinan. Bahakn di setiap acara kepercayaan dan agama, mereka saling berbaur dan membantu.

"Kita saling menjaga, tidak pernah membedakan. Kalau ada acara adat, atau acara keagamaan Islam, pasti saling dilibatkan," ujar Abah Widi.

Tetap Menjaga Tradisi

Berada di wilayah Kota Cimahi, Kampung Adat Cireundeu memang bukan tipe perkampungan yang menampakan suasana tradisional.

Ruas jalan di perkampungan ini sudah disemen, bahkan nyaris semua bangunan yang ada adalah bangunan permanen.

Warga di sana tak menutup diri terhadap perkembangan zaman. Teknologi di kalangan masyarakatnya seperti berbagai peralatan elektronik mereka pakai tak bedanya dengan masyarakat perkotaan.

Meski begitu, mereka tetap mempertahankan kearifan lokal. Warga Kampung Cireundeu sangat patuh untuk menjaga hutan sakral dalam kehidupan sehari-hari.

Sampai sekarang masyarakat adat Cireundeu tidak pernah mengganggu dan merusak kelestarian hutan larangan sekitar 30 hektare.

Sehingga kelestarian dan keutuhan hutan yang disakralkan itu tetap terpelihara dengan baik. Selain itu, singkong sebagai salah satu makanan pokok tetap mereka pertahankan hingga kini.

"Kita berharap masyarakat adat ini tetap lestari sampai kapanpun," ucap Abah Widi.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini