Modal Kotoran Sapi, Warga Bandung Barat Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan

"Jadi kotoran sapinya itu dicetak terus disemprotkan bio compound. Nah bio compound ini yang kemudian mengikat gas metan. Briketnya juga tidak akan berbau," terang Ujang.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 07 Oktober 2021 | 09:00 WIB
Modal Kotoran Sapi, Warga Bandung Barat Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan
Ujang, warga Kampung Nagrak, RT 02/09, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang mengubah kotoran sapi jadi briket. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Usaha kelompok peternak di Kampung Nagrak, RT 02/09, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang mengubah kotoran sapi menjadi barang yang bernilai ekonomi patut ditiru.

Sebab, usaha menyulap limbah sapi menjadi "permata" yang dilakukan kelompok peternak itu menghasilkan jutaan rupiah per bulannya.

Mereka membuat briket atau media tanam tumbuhan dari kotoran sapi.

Salah satunya peternak bernama Ujang Ica Supriatna. Ia memulai usaha membuat briket dari kotoran sapi sejak tahun 2019 ketika bertemu dengan seorang profesor.

Baca Juga:Lahan Pertanian di Lembang Semakin Menyusut Gara-gara Bisnis Pariwista

"Kami dibimbing untuk mengolah limbah kotoran sapi jadi bernilai jual dengan dibuat briket atau media tanam. Sudah dua tahun dan berjalan sampai sekarang. Ada 15 orang yang terlibat," kata Ujang kepada Suara.com pada Rabu (6/10/2021).

Sebelumnya, ia dan peternak sapi lainnya hanya melakukan sejumlah aktivitas yang berulang sejak yakni memberi pakan sapi hingga membersihkan kandangnya.

Namun mereka tak menyadari ada bahaya yang mengintai kesehatan mereka. Gas metan yang timbul dari tumpukan sapi dam terus menerus dihirup, nyatanya memberi dampak buruk jangka panjang pada kesehatan mereka.

Banyak peternak sapi yang di usia 60 tahun kondisi kesehatannya itu memburuk. Misalnya ada yang jari-jari tangannya bengkok dan gejala lainnya.

"Ternyata itu yang dampak dari menghirup gas metan dalam jangan waktu lama, tapi mereka enggak paham ya karena memang kurang berpendidikan," ungkap Ujang.

Baca Juga:Pedagang di Bandung Barat Tolak PeduliLindungi Diterapkan di Pasar Tradisional

Namun kini ia dan peternak sapi lainnya bertekad mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Selain lebih sehat dari segi kesehatan, ekonomi mereka terdongkrak dengan usaha tersebut.

Briket kotoran sapi buatannya berfungsi seperti pupuk yang ditanamkan pada tanah agar bisa menutrisi tanaman.
Lantaran terbuat dari bahan organik, maka memerlukan waktu yang tak sebentar untuk bisa terlihat hasilnya.

"Jadi briketnya tinggal dipotong-potong saja, nanti ditanamkan juga ke tanah yang sudah ada tanamannya. Fungsinya seperti pupuk untuk menutrisi tumbuhan. Tapi tidak instan seperti pupuk kimia," terang Ujang.

Bahan baku briket media tanam itu yakni kotoran sapi. Namun bahan baku lainnya yang memegang peranan sangat penting yakni bio compound yang dibuat dari fermentasi berbagai macam rempah sebagai material pengikat gas metan.

"Jadi kotoran sapinya itu dicetak terus disemprotkan bio compound. Nah bio compound ini yang kemudian mengikat gas metan. Briketnya juga tidak akan berbau," terang Ujang.

Kini briket media tanam itu sudah memiliki banyak pelanggan. Dalam sebulan Ujang bisa menjual sampai 30 ribu buah briket ke berbagai daerah di Indonesia.

Harganya pun terbilang murah, untuk paket briket isi 5 hanya seharga Rp 5 ribu. Untuk paket isi 10 seharga Rp 8 ribu, dan paket berisi 21 briket dihargai Rp 15 ribu.

Dengan potensi ekonomi yang menggiurkan itu, Ujang menyarankan mulai sekarang tidak lagi menyepelekan kotoran sapi. Sebab meskipun bau dan menjijikan, namun bisa menghasilkan uang hingga Rp 6 juta per bulannnya.

"Alhamdulillah bisa membantu keperluan ekonomi warga kami yang mengandalkan profesi sebagai peternak. Kami juga tidak perlu takut lagi dampak negatif gas metan dan menumpuknya limbah kotoran sapi," pungkas Ujang.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini