Ratusan Warga Dihantui Bencana akibat Pengerjaan Proyek Kereta Cepat Indonesia China

Aktivitas pembangunan mega proyek milik PT KCIC itu juga disebut warga sudah merusak struktur tanah.

Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 22 Oktober 2021 | 17:41 WIB
Ratusan Warga Dihantui Bencana akibat Pengerjaan Proyek Kereta Cepat Indonesia China
Tim dari KLHK tengah mengecek rumah warga Kompleks Tipar Silih Asih RW 13 Desa Laksanamekar, Padalarang, Bandung Barat yang terdampak aktivitas blasting pembuatan terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Sekitar 450 jiwa warga Kompleks Tipar Silih Asih, RW 13, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dihantui bencana longsor dan tanah amblas. Apalagi ketika hujan deras turun.

Potensi bencana di wilayah tersebut muncul setelah adanya aktivitas blasting atau peledakan untuk menembus Gunung Bohong yang akan dijadikan trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KBB).

Aktivitas blasting yang dilakukan pada tunnel 11 itu membuat ratusan rumah warga mengalami kerusakan, dari mulai retak-retak pada dinding dan lantai.

Selain itu, aktivitas pembangunan mega proyek milik PT KCIC itu juga disebut warga sudah merusak struktur tanah.

Baca Juga:Kereta Cepat Jakarta-Bandung Pakai APBN, Partai Ummat Sebut Jokowi Pembohong

"Kami ini dalam dua tahun terakhir was-was, apalagi kalau turun hujan. Takut longsor, tanah amblas," kata Ketua RW 13 Desa Laksamekar, Rudianto kepada Suara.com pada Jumat (22/10/2021).

Untuk berjaga-jaga dan antisipasi bencana yang tidak diinginkan, kata Rudi, warga kini melakukan ronda setiap malam secara bergiliran.

"Jadi kami ini ronda bukan hanya untuk keamanan, tapi sebagai antisipasi, bentuk kehati-hatian kami. Apalagi sekarang hujan terus," ujarnya.

Tak ingin terus dihantui ketakutan, warga pun mengadukan nasibnya ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada September lalu. Mereka menyampaikan surat kepada Menteri LHKLHK Siti Nurbaya.

Surat itupun kemudian mendapat respon, utusan dari Siti Nurbaya meninjau rumah-rumah warga yang terdampak aktivitas blasting atau peledakan pada Jumat (22/10/2021).

Baca Juga:Hengky Kurniawan Bakal Terbitkan Peraturan yang Bisa Bikin UMKM dan Petani Tersenyum

Mereka tiba di Kompleks Tipar Silih Asih sekitar pukul 10.00 WIB dan langsung mengkonfirmasi langsung kepada warga akibat dampak akibat ledakan dari proyek PT Kereta Cepat Indoensia China (KCIC) itu.

Setelah itu, tim dari KLHK melihat sejumlah rumah yang mengalami kerusakan seperti retakan pada dinding dan lantai akibat aktivitas blasting untuk menembus Gunung Bohong yang menjadi tunnel 11.

"Sebelumnya kita memang berkirim surat langsung ke kantor KLHK. Saat ngirim surat itu mereka bilang akan ada kunjungan, dan alhamdulillah direspon hari ini," ungkap Rudi.

Dirinya menjelaskan, warga RW 13 meminta pemerintah untuk melakukan kajian ulang mengenai kondisi pemukiman mereka setelah usai aktivitas blasting yang dilakukan sejak tahun 2019.

Menurut Rudianto, tercatat ada sekitar 340 kali ledakan dari pembuatan tunnel di Gunung Bohong.

Mereka ingin mengetahui apakah pemukiman yang ditinggali selama puluhan tahun itu aman atau tidak untuk ditinggali. Sebab, struktur tanah yang warga tinggali kini sangatlah mengkhawatirkan. Mereka khawatir sewaktu-waktu terjadi longsor atau tanah amblas.

"Kalau hasil kajiannya aman, ya kami senang. Dengan catatan tolong perbaiki rumah kami, kemudian bagaimana penguatan tanahnya. Kemudian kalau hasilnya tidak aman, bagaimana soulisnya," jelas Rudi.

Seperti diketahui, aktivitas peledakan untuk menebus Gunung Bohong itu dilakukan sejak tahun 2019 dan berdampak terhadap rumah-rumah warga di Kompleks Tipar Silih Asih.

Banyak rumah warga yang mengalami kerusakan berupa retakan pada dinding dan lantai.

Ada sekitar 166 Kepala Keluarga (KK) yang dihuni sekitar 450 jiwa. Mereka menghuni sekitar 120 rumah.

"Dari total jumlah itu, sekitar 80 persen terdampak. Minimal ada retakan pada dinding sama lantai," pungkas Rudi.

Direktur Eksekutif Walhi Jabar, Meiki W Paendong mengatakan, selain berdampak terhadap rumah, ledakan untuk menembus Gunung Bohong yang akan digunakan sebagai trase KCJB itu juga berdampak terhadap struktur tanah yang dihuni warga.

"Struktur tanah sudah tak lagi memungkinkan untuk ditempati karena dikhawatirkan terjadi longsor. Apalagi saat ini sedang hujan," ujarnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini