Viral Warga Bandung Barat Tutup Akses Jalan ke Tambang, Ini Penyebabnya

"Setelah lama berhenti, tanggal 18 September 2021 tiba-tiba aktivitas tambang mulai lagi. Untung warga langsung menolak," ujarnya.

Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 28 Desember 2021 | 20:58 WIB
Viral Warga Bandung Barat Tutup Akses Jalan ke Tambang, Ini Penyebabnya
Warga Kampung Pasir Hilir, RT 04/04, Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat terlibat kericuhan saat menutup akses jalan ke tambang. [Istimewa]

SuaraJabar.id - Aktivitas penambangan di Kampung Pasir Hilir, RT 04/04, Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diblokade warga setempat.

Aksi penutupan akses jalan dan penyegelan satu unit warga itu dilakukan pada Minggu (26/12/202). Bahkan, akibat aksi penutupan tersebut sempat terjadi cekcok antara warga dengan seseorang yang diduga dari pihak penambangan.

Aksi keributan itupun viral di media sosial. Setelah ditelusuri, aksi penyelegelan itu dipicu lantaran warga setempat menilai aktivitas tersebut mengancam kelestarian lingkungan, merusak jalan, menimbulkan kebisingan, dan belum mengantongi izin.

"Betul, warga terpaksa menyegel. Karena sudah diperingatkan tapi tetap menambang. Kegiatan ini merusak lingkungan dan berdampak negatif bagi warga," ungkap Kepala Desa Sindangkerta, Eli saat dihubungi pada Selasa (28/12/2021).

Baca Juga:Viral, Oknum Diduga PNS Ketangkap Basah Lagi Ngamar, Netizen: Gajinya Buat Nyewa Hotel

Dirinya mengungkapkan, aktivitas penambangan di lahan Gunung Sangar seluas 1,4 hektar itu sejak awal belum mengantongi izin penambangan berupa IUP dan IUPK.

Dalam pelaksanaannya mereka hanya mengantongi izin amdal atau UKL-UPL.

"Selain belum izin, menurut tata ruang wilayah selatan KBB tidak diperuntukkan bagi aktivitas tambang. Jadi ini menyalahi," jelasnya.

Eli menceritakan, aktivitas penambangan di lokasi tersebut awalnya berupa tambang tradisional.

Dalam perjalanan gunung tersebut juga sempat dieksplorasi oleh perusahaan Lestari Rukun, namun berhenti dan dialihkelolakan ke Bumdes tahun 2008.

Baca Juga:Viral Diduga Ayah Anak Berusia 14 Tahun Korban Pemerkosaan Mengamuk, Netizen Ikut Geram

Eli menjelaskan, pengelolaan oleh Bumdes dihentikan karena dinilai tak ramah lingkungan.
Pihak desa mencabut pengelolaan itu dan berniat memanfaatkan gunung tersebut sebagai lokasi wisata.

"Setelah lama berhenti, tanggal 18 September 2021 tiba-tiba aktivitas tambang mulai lagi. Untung warga langsung menolak," terang Eli.

Eli menjelaskan dampak paling dirasakan warga adalah bising dan hancurnya akses jalan desa sepanjang 1.500 meter akibat lalu-lalang dump truk pengangkut batu. Padahal, jalan tersebut baru saja diaspal hotmix menggunakan dana desa.

"Padahal jalan desa baru diperbaiki, tapi rusak lagi oleh dump truk," tukasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak