Megathrust Selat Sunda Belum Pernah Gempa Besar, BMKG: Ini Ancaman Sesungguhnya

"Segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7,"

Galih Prasetyo
Sabtu, 15 Januari 2022 | 18:30 WIB
Megathrust Selat Sunda Belum Pernah Gempa Besar, BMKG: Ini Ancaman Sesungguhnya
Gempa Banten.

SuaraJabar.id - Segmen megathrust Selat Sunda merupakan salah satu zona seismik gap di Indonesia yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar, sehingga patut diwaspadai. Hal itu dikatakan Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono

"Gempa Ujung Kulon, Banten kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya karena segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7 dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya," kata Daryono, Sabtu (15/1/2022).

Daryono menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi.

Dengan kondisi ratusan tahun belum terjadi gempa besar di Selat Sunda, kondisi ini kata Daryono patut diwaspadai, karena berada di antara dua lokasi gempa besar yang merusak dan memicu tsunami, yaitu Gempa Pangandaran magnitudo 7,7 pada 2006 dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 pada 2007.

Baca Juga:BMKG Ingatkan Gempa Besar yang Bisa Picu Tsunami Bakal Terjadi di Selat Sunda

Berdasarkan catatan sejarah gempa dan tsunami, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi tsunami, tercatat Tsunami Selat Sunda pada 1722, 1852, dan 1958 disebabkan oleh gempa.

Kemudian, Tsunami pada 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan tsunami tahun 1851, 1883 dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.

Daryono mengatakan gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa.

"Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi," katanya.

Perlunya perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakusi, memasang rambu evakuasi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri. Selain itu, BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat, ujar Daryono. [ANTARA]

Baca Juga:Warga Terdampak Gempa Banten Ogah Tinggal di Tenda Pengungsian, Alasannya Bikin Melongo

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak