Mengintip Sejarah Orang Tionghoa di Cimahi, dari Chinese Wijk hingga hingga Diburu Laskar

Komunitas Tionghoa diperkirakan sudah ada di Kota Cimahi sebelum Belanda membangun Garnizun di kota itu pada awal abad 19.

Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 01 Februari 2022 | 11:17 WIB
Mengintip Sejarah Orang Tionghoa di Cimahi, dari Chinese Wijk hingga hingga Diburu Laskar
Jalan Pacianan di Kota Cimahi. Jalan ini pernah menjadi pusat perniagaan pada masa Kolonial Belanda. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

"Bahkan pemilik televisi pertama di Cimahi, sehingga warga Kalidam dan Gatsu sering nonton TV di toko Kim Kim," kata Machmud.

Jadi Bulan-bulanan Setelah Kemerdekaan RI Tahun 1945

Pada zaman kemerdekaan, tepatnya ketika memasuki masa bersiap tahun 1945-1946, peranakan Tionghoa dan yang lainnya ainnya menjadi sasaran kemarahan kelompok atau laskar pemuda.

Ketika itu kelompok pribumi tiba-tiba menjadi buas. Orang-orang Belanda dan Tionghoa yang kalau itu masih tinggal di Cimahi jadi sasaran serangan kelompok warga.

Baca Juga:Rayakan Imlek, Vihara Amurwa Bhumi Graha Bandar Lampung Bagi 3 Ribu Angpau

Kemudian menurut cerita warga zaman dulu, terang Machmud, di sudut Jalan Kaum juga dulunya dijadikan tempat pembantaian warga asing oleh para pemuda. Di mana ketika itu ditengah euforia kemerdekaan, warga asing yang ada di Cimahi dibawa ke tempat tersebut untuk dibantai.

"Di zaman kemerdekaan, saat masa bersiap, antara 1945-1946, warga Tionghoa yang kaya menjadi salah satu sasaran kelompok pemuda atau laskar," terang Machmud.

Jadi Korban Sasaran Saat Orde Lama

Insiden yang membuat kemarahan etnis Tionghoa terjadi ketika memasuki orde lama. Ketika itu ada salah seorang warga Tionghoa yang disebut menjadi korban penembakan.

"Warga Tionghoa protes. Beberapa hari gak dimakamkan, ada hari duka cita. Ada perundingan juga," ujar Machmud.

Baca Juga:Rayakan Imlek, Pengurus Yayasan Kelenteng Dewi Mulia Bagikan Sembako dan Vaksinasi untuk Warga Sekitar

Selang beberapa hari, kesalahpahaman itu akhirnya bisa diredam. Namun setelah itu etnis Tionghoa malah tersudutkan oleh orang-orang pribumi. Bahkan tahun 1963, sebuah toko milik Kim Kim yang tak lain pemilik televisi pertama di Cimahi menghilang sejak terjadinya kerusuhan rasial di Cimahi yang diperkirakan terjadi tahun 1963-an.

Ditambah lagi dengan peristiwa G30SPKI, yang membuat keturunan Tionghoa banyak yang tersingkir. Sejak saat itulah warga Tionghoa lebih banyak menghindar, tidak bergaul dengan orang-orang pribumi.

Namun diperkirakan setelah tahun 1970-an, orang-orang Tionghoa kembali bergaul lagi dengan warga Cimahi lainnya, dan sampai saat ini hidup berdampingan saling menjaga kerukunan.

"Tahun 1980-an saya banyak punya teman orang China. Bergaul biasa saja, tidak ada yang beda," tukas Machmud.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak