Terancam DO karena Tak Sanggup Bayar UKT, Mahasiswa UPI Pilih Lawan Pendidikan Mahal

"Semua harus bisa merasakan bangku sekolahan, tapi nyatanya begini. Kalau saya diem aja, iya-iya aja sama kebijakan kampus, saya takut miskin turunan," ujar mahasiswa UPI itu.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 02 Februari 2022 | 07:00 WIB
Terancam DO karena Tak Sanggup Bayar UKT, Mahasiswa UPI Pilih Lawan Pendidikan Mahal
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar demonstrasi di depan gerbang kampus, Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Selasa (25/1/2022). [Suara.com/M Dikdik RA]

SuaraJabar.id - Sebut saja dia Putra. Mahasiswa semester empat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia enggan nama aslinya disebut, khawatir kena sorot kampus dan jadi masalah.

Putra tengah cemas akan nasib kuliahnya karena persoalan biaya. Uang kuliah tunggal atau UKT yang wajib ia bayar sebesar Rp 4.070.000 per semester itu jadi beban berat bagi keluarga. Terlalu mahal, katanya.

Ibunya, ibu rumah tangga. Ayahnya, buruh harian lepas. Saat pandemi, sang ayah hanya dipekerjakan dua minggu dalam sebulan. Honornya dibayar separuh dengan penghasilan rata-rata Rp 1,5 juta - Rp 2 juta.

"Gajinya lebih kecil daripada UKT saya," katanya.

Baca Juga:Tingkatkan Mutu Guru, 5.000 Tenaga Pendidik Bakal Dapat Pelatihan dari ACC

Putra punya empat saudara. Adiknya yang paling tua siswa sekolah menengah pertama, adik yang kedua masih duduk di bangku sekolah dasar, sementara si bungsu masih setingkat pendidikan usia dini. Semuanya, tentu butuh biaya. Sebagai anak sulung, Putra kerap merasa tak enak masih jadi beban keluarga.

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia menggelar aksi di depan Gedung Rektorat UPI, Senin (31/1/2022). Selain berorasi di depan Gedung Rektorat UPI, mahasiswa juga melakukan aksi menceburkan diri ke kolam yang ada di Taman Partere. [Suara.com/M Dikdik RA]
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia menggelar aksi di depan Gedung Rektorat UPI, Senin (31/1/2022). Selain berorasi di depan Gedung Rektorat UPI, mahasiswa juga melakukan aksi menceburkan diri ke kolam yang ada di Taman Partere. [Suara.com/M Dikdik RA]

Selepas lulus SMA, Putra tak langsung kuliah sebab tak cukup uang. Ia sempat jadi buruh di Ibu Kota, tapi keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ternyata tak gugur. Akhirnya, setelah dua tahun kerja dan merasa cukup tabungan, ia putuskan masuk kuliah.

"Masuk UPI melalui jalur UTBK SBMPTN," katanya.


Berburu Beasiswa

Sadar diri tak punya banyak simpanan, sejak awal kuliah Putra rajin memburu beasiswa. Semester pertama, katanya, sempat mendaftar beasiswa provinsi, Jabar Future Leaders Scholarship, tapi gagal.

Baca Juga:Terseret Arus saat Mandi di Lokasi KKM, Seorang Mahasiswa Fisip Untan Tewas

Bayaran semester pertama pun dirogoh dari simpanan pribadi. Upaya memburu beasiswa kian kencang semenjak sang ibu jatuh sakit, tabungannya menipis dipakai biaya perawatan dan kebutuhan adik-adiknya.

"Semester dua ikut Beasiswa Baznas, belum keterima. Semester tiga, kembali daftar Jabar Future Leaders Scholarship untuk mahasiswa on going, gagal lagi," katanya.

Pada semester dua Putra mengajukan potongan UKT 50 persen kepada pihak kampus. Untungnya disetujui. Untuk bayaran semester tiga, Putra mendapat program potongan dari Kemendikbud sebesar Rp 2,4 juta. Sisanya, dibayar sendiri.

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia menggelar aksi di depan Gedung Rektorat UPI, Senin (31/1/2022). Selain berorasi di depan Gedung Rektorat UPI, mahasiswa juga melakukan aksi menceburkan diri ke kolam yang ada di Taman Partere. [Suara.com/M Dikdik RA]
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia menggelar aksi di depan Gedung Rektorat UPI, Senin (31/1/2022). Selain berorasi di depan Gedung Rektorat UPI, mahasiswa juga melakukan aksi menceburkan diri ke kolam yang ada di Taman Partere. [Suara.com/M Dikdik RA]

"Tapi, di semester empat, solusi dari UPI hanya penangguhan, hanya cicilan, otomatis tetap bayar full. Bentuk keringanannya, hanya dicicil jadi dua kali," katanya.

"Cicilan pertama sudah terbayar, saya masih ada sisa tabungan Rp 1 juta, setengahnya lagi dibantu sama orang tua. Orang tua pinjem uang. Tapi, saya bingung untuk cicilan kedua," katanya lagi.


Tak Diam, Kami Berjuang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini