Begini Cara Perajin Tempe di Cianjur Akali Mahalnya Harga Kedelai

Per hari ketika harga normal, pihaknya membutuhkan 3 sampai 5 kuintal kedelai untuk diolah menjadi tempe dan tahu, namun saat ini, dikurangi menjadi 2 kuintal per hari.

Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 16 Februari 2022 | 22:18 WIB
Begini Cara Perajin Tempe di Cianjur Akali Mahalnya Harga Kedelai
Perajin tempe di Cianjur, Jawa Barat, sejak dua pekan terakhir mengurangi jumlah produksi karena bahan baku kedelai mahal. [Antara/Ahmad Fikri]

SuaraJabar.id - Harga kedelai naik dari Rp 8 ribu per kilogram menjadi Rp 11 ribu per kilogram. Kondisi tersebut membuat perajin tempe di Kabupaten Cianjur, Jawa Varat terpaksa mengurangi ukuran dan membatasi produksi agar bisa terus berproduksi.

Perajin tempe di Kecamatan Gekbrong, Sri Hayati mengatakan harga kacang kedelai mengalami kenaikan sejak dua pekan terakhir, sehingga pihaknya membatasi jumlah produksi setiap hari, agar pesanan dari sejumlah pasar dapat terlayani dengan harga normal.

"Hanya ukuran tempe dikurangi sedangkan harga jual di pasar tetap Rp8.000 per potong, meski harga kedelai impor naik, kami masih tetap memproduksi, namun terbatas untuk memenuhi pesanan dari sejumlah pasar dan pedagang," katanya, Rabu dikutip dari Antara.

Ia menuturkan, per hari ketika harga normal, pihaknya membutuhkan 3 sampai 5 kuintal kedelai untuk diolah menjadi tempe dan tahu, namun saat ini, dikurangi menjadi 2 kuintal per hari, sebagai upaya menghindari kelangkaan tempe di pasaran.

Baca Juga:Ramai Harga Kedelai Naik, Disdag Kota Jogja Sebut Belum Rasakan Efeknya

Selama ini, tambah dia, untuk kedelai impor biasanya sudah ada pemasok yang datang ke pabrik sebanyak 10 ton per 20 hari, dengan sistem bayar setelah penjualan."Harapan kami harga kedelai kembali normal, agar pendapatan kami sebagai perajin tidak menurun, karena sejak kedelai sulit di dapat omset menurun," katanya.

Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Cianjur, Tohari Sastra, mengatakan ada beberapa penyebab harga kedelai mengalami kenaikan karena lahan pertanian kedelai lokal menurun dan belum masuk musim panen, sedangkan produk impor terlambat.

"Harga kedelai impor naik, untuk kedelai lokal baru memasuki musim panen jadi belum banyak tersedia, sebagian panenan kedelai lokal dialokasikan untuk benih atau bibit. Sedangkan luas lahan berkurang karena petani memilih kembali menanam ladang dengan padi," katanya.

Saat musim tanam Oktober dan Desember tahun lalu, petani di Cianjur mayoritas menanam padi sesuai ketersediaan air, sehingga jumlah kedelai pada awal tahun berkurang.

"Kita sedang mencari solusi termasuk berkoordinasi lintas dinas untuk memberikan pengetahuan pada petani untuk menanam kedelai," katanya.

Baca Juga:Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu di Kulon Progo Pilih Turunkan Ukuran

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini