Revitalisasi 21 Pasar Tradisional di Jawa Barat Telan Biaya Rp 229,7 Miliar

"Kita akan terus memperbaiki pasar agar ekonomi rakyat jadi nomor satu lagi pasca-pandemi COVID-19," ujar Kang Emil.

Ari Syahril Ramadhan
Sabtu, 05 Maret 2022 | 13:12 WIB
Revitalisasi 21 Pasar Tradisional di Jawa Barat Telan Biaya Rp 229,7 Miliar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan dua pasar tradisional sekaligus hasil revitalisasi Program Pasar Rakyat Jabar Juara di Kabupaten Cirebon, Jumat (4/3/2022). [ANTARA/HO-Humas Pemda Jabar]

SuaraJabar.id - Sebanyak 21 pasar tradisional di Jawa Barat telah direvitalisasi oleh pemerintah provinsi setempat. Proyek revitalisasi pasar tradisional itu menelan anggaran sebesar Rp 229,7 miliar.

Gubernur Jawa barat Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya menargetkan untuk merevitalisasi sebanyak 25 pasar tradisional.

"Sejauh ini dari 25 pasar yang ditargetkan direvitalisasi, 21 pasar direvitalisasi dengan dana sebesar Rp 229,7 miliar dari bantuan keuangan Pemda Provinsi Jawa Barat," kata Ridwan Kamil dikutip dari Antara, Sabtu (5/3/2022).

Terbaru, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan dua pasar tradisional sekaligus hasil revitalisasi Program Pasar Rakyat Jabar Juara di Kabupaten Cirebon.

Baca Juga:Sprinter Putra dan Putri Kabupaten Bekasi Sabet Medali Emas di Kejurnas Atletik Nomor 4x100 meter

Kedua pasar terbesar se-wilayah III Jabar itu adalah Pasar Pasalaran dan Pasar Kue Weru.

"Istimewa, biasanya saya hanya meresmikan satu pasar tapi sekarang sekaligus dua pasar di Cirebon, menandakan betapa pentingnya revitalisasi pasar yang menjadi jantung ekonomi di Jabar," ujarnya.

Revitalisasi Pasar Pasalaran menelan biaya Rp9,2 miliar dan Pasar Kue Waru Rp13,5 miliar.

Sementara itu di 2022, akan ada satu unit pasar yang akan direvitalisasi dengan dana Rp4 miliar.

"Kita akan terus memperbaiki pasar agar ekonomi rakyat jadi nomor satu lagi pasca-pandemi COVID-19," ujar Kang Emil.

Kang Emil menuturkan, melalui program Pasar Rakyat Jabar Juara semua pasar tradisional di Jabar ditargetkan tidak ada lagi kondisinya yang kumuh dan semrawut.

Dengan begitu berbelanja akan semakin nyaman dan menjadi harapan bagi masyarakat golongan menengah ke atas.

"Saya bercita-cita semua pasar tradisional di Jabar tidak ada lagi yang kumuh dan semrawut. Saya juga senangnya ke pasar tradisional karena pemilik tokonya adalah masyarakat umum bisa sambil berdialog dan tawar menawar, di situlah letak kearifan lokalnya. Syaratnya pasarnya bersih dan rapi sehingga golongan masyarakat menengah atas makin ramai ke pasar tradisional," kata Kang Emil.

Keistimewaan dari Pasar Pasalaran yaitu sudah memiliki sistem pembayaran nontunai.

Pengelola pasar bekerja sama dengan Bank Indonesia dan bank bjb menyediakan pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

Dengan transaksi menggunakan QR Code ini pembeli bisa lebih cepat, aman dan mudah dalam melakukan pembayaran di pasar yang memiliki 1.400 los pedagang itu.

"Ini menjadi target kedua di mana masyarakat tidak lagi bayar tunai tapi nontunai lewat QRIS yang akan jadi standar baru," kata Kang Emil.

Menurutnya, saat ini masyarakat rata-rata sudah menggunakan telepon pintar dan paham dunia digital.

Di sinilah Bank Indonesia maupun Bank BJB harus mengambil peran memanfaatkan potensi tersebut dalam transaksi digital.

Kang Emil berharap, secara bertahap transaksi digital ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat.

"Hari ini semua orang pegang handphone dan paham digital, semoga QRIS ini menjadi kebiasaan baru di masyarakat dalam bertransaksi," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini