SuaraJabar.id - Viral spanduk anti perang yang dibentangkan oleh suporter klub Red Star Belgrade di laga Liga Europa melawan Rangers FC, Jumat (18/3/2022) dinihari WIB.
Spanduk anti perang itu dibentangkan oleh salah satu kelompok suporter Red Star sebelum laga melawan Rangers FC. Dalam spanduknya itu, suporter Red Star menyoroti soal kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang membuat sejumlah negara jadi korbannya.
Dibentangkannya spanduk anti perang ini menjadi sorotan publik Eropa. Wyatt Reed, salah satu jurnalis anti imperialis yang bermukim di Washington DC lewat akun Twitter pribadinya memuji langkah suporter Red Star ini.
"Puluhan ribu penggemar Red Star Belgrade memberikan kritik jama kepada Barat dengan bentangkan spanduk anti perang. Mereka bentangkan spanduk yang menunjukkan 20 negara lebih jadi korban AS," tulis Reed di akun Twitter pribadinya.
Baca Juga:Cina dan Perang di Ukraina: Terpaksa Jadi Penengah?
Aksi suporter ini juga terekam di kanal Youtube milik Ultras Red Star, FCRedStarBelgrade.
"Ini ada pesan perdamaian sejati" tulis caption pada video yang diunggah kanal Youtube FCRedStarBelgrade
Menariknya, salah satu spanduk yang dibentangkan suporter Red Star bertuliskan Indonesia 1958. Apa itu Indonesia 1958?
Dikutip dari sejumlah literasi sejarah, Indonesia 1958 ialah peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta(PRRI-Permesta) yang berontak terhadap pemerintah Soekarno.
Peristiwa ini diduga melibatkan agen rahasia Amerika Serikat, CIA. Salah satu bukti keterlibatan CIA ialah ditembak jatuhnya Pesawat B-26 milik Amerika Serikat di Ambon.
Baca Juga:Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Akan Pidato di Kongres AS Meski Dalam Keadaan Perang
Pilot pesawat itu ialah agen CIA, Allen Lawrence Pope, yang berhasil ditangkap hidup-hidup. Salah satu tokoh dari PRRI-Permesta ialah Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah dari Prabowo Subianto.