Banjir Bandang di Sumedang Bukan Disebabkan Bangunan Liar, Ditjenpptr: Itu karena Curah Hujan dan Longsor Hulu Sungai

Kita sudah analisa, isu bangunan liar bukan menjadi penyebab banjir bandang. Itu lebih disebabkan curah hujan yang tinggi,"

Galih Prasetyo
Kamis, 12 Mei 2022 | 12:46 WIB
Banjir Bandang di Sumedang Bukan Disebabkan Bangunan Liar, Ditjenpptr: Itu karena Curah Hujan dan Longsor Hulu Sungai
Ilustrasi banjir. (Sumber: Pixabay)

SuaraJabar.id - Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan pada 4 Mei 2022 lalu diterjang banjir bandang. Penyebab banjir bandang di Sumedang ini ternyata bukan disebabkan karena adanya bangunan liar.

Hal itu disampaikan oleh Dirjen Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang Kementerian ATR/BPN (Ditjenpptr) Budi Situmorang usai Rapat Koordinasi Pertanahan di Gedung Negara, Selasa (10/5/2022).

Menurut Budi, banjir bandang di Sumedang ini disebabkan curah hujan dan juga longsor di hulu sungai.

“Kita sudah analisa, isu bangunan liar bukan menjadi penyebab banjir bandang. Itu lebih disebabkan curah hujan yang tinggi ditambah longsoran di hulu sungai sehingga tidak kuat menampung (air hujan),” ungkapnya mengutip dari Kapol.id--jaringan Suara.com, Kamis (12/5/2022).

Baca Juga:Tak Cuma Hanyutkan Mobil, Banjir Bandang Sumedang Juga Hanyutkan Seorang Remaja

Ditambahkan Budi, meski bukan penyebab banjir, bangunan liar yang tersebut melanggar Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Penetapan Garis sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.

“Oleh hal itu, secara persuasif dilakukan pengaturan kembali agar bangunan tidak dekat dengan badan sungai,” ucapnya.

Jika masih membandel, kata dia, pihaknya tidak segan untuk bertindak tegas dengan membongkar bangunan atau bahkan mempidanakan.

“Saat ini sudah dihentikan sementara oleh bupati karena ada nyawa yang hilang. Harus ada izin. Kalau masih ngeyel, kami tindak tegas, kita bongkar atau dipidanakan” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir menyampaikan, Pemda Sumedang bersama dengan pemerintah pusat akan menata lahan eks HGU di Margawindu dengan cara HPL serta melalui proses redistribusi lahan.

Baca Juga:Belum Ditemukan, Remaja 13 Tahun Hanyut Terseret Arus Banjir Bandang Sumedang

“Alas haknya akan kami dapatkan dulu, ada HPL dan redis. Lalu kami tata. Di atas memang sebagian eko wisata dan bangunan bangunan non permanen yang terbuat dari kayu,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini