SuaraJabar.id - Warga di Waduk Saguling di Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dibuat resah dengan serangan nyamuk yang begitu banyak dalam tiga bulan terakhir.
Ribuan nyamuk itu menempel di dinding-dinding rumah warga. Jika diamati, nyamuk hijau itu mirip dengan nyamuk biasanya namun ukurannya lebih besar. Selain itu, serangan serangga penghisap darah itu tak hanya terjadi malam hari, tapi juga berlangsung di siang bolong dan tidak bergeming meski ada gerakan.
"Kalau malah hari masih lumrah, ini siang hari juga terjadi. Kalau nyamuk rumahan biasa sekali gigit paling satu dua ekor, tapi ini bisa sampai 15-20 ekor yang menggigit. Terus saat bagian tubuh kita digoyangkan, nyamuk ini gak pergi, terus saja menyedot darah," ungkal Asep Roni (42) warga Kampung Cisaronngge, RT 04/01 Desa Mekarmukti pada Senin (17/7/2023).
Dia mengatakan dampak dari gigitan nyamuk terhadap warga dirasakan berbeda-beda. Ada yang gatal biasa, ada sampai berbekas beruntus, hingga menimbulkan luka borok akibat terlalu keras garukan.
Baca Juga:Apa Itu Nyamuk Anopheles? Kenali Habitat Hewan Penyebab Malaria Ini!
Berbagai cara sudah dilakukan warga untuk mengantisipasi dari hisapan serangan nyamuk itu. Seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot hingga lotion anti nyamuk. Warga berharap ada penelitian lebih lanjut terkait anomali peningkatan polupasi nyamuk untuk mengetahui dampak dari gigitan dan upaya pencegahannya.
"Kita gak tau apakah ini berdampak terhadap kesehatan atau tidak. Mudah-mudahan ada titik terang," ucap Asep.
Serangan nyamuk memang terjadi sejak lama. Namun populasinya makin bertambah pada tiga bulan terakhir. Diduga populasinya berkembang pesat akibat tumpukan gulma eceng gondok di perairan Waduk Saguling.
"Kita duga ini berkembang akibat tamanan eceng gondok di perairan Waduk Saguling. Karena rumah kami dekat lokasi itu, kalau siang-siang ke sana juga banyak nyamuknya," tandas Asep.
Nyamuk juga menyerang warga di Desa Mekarmukti, kasus serupa terjadi di satu dusun Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas. Populasi nyamuk meningkat drastis menyerang ribuan warga yang tinggal di bantaran Waduk Saguling tepatnya di Dusun 1 meliputi RW 01, 12, dan 13, Desa Singajaya. Kondisi tersebut terjadi sejak 2 bulan terakhir.
Baca Juga:Ciri-ciri Nyamuk Anopheles Penyebab Malaria yang Suka Hidup di Genangan Air
"Di dusun saya ada lebih dari 1.000 kepala keluarga (KK) yang tinggal dekat perairan Saguling. Dua bulan terakhir banyak warga yang lapor meningkatnya populasi nyamuk. Bukan hanya gatal, tapi juga berbekas bintik merah," kata Kepala Dusun 1 Desa Singajaya, Deni Rahman.
Deni menjelaskan, keberadaan nyamun makin banyak karena Waduk Saguling blok Sasak Bubur tertutup gulma eceng gondok. Sejak tahun 2021, tak pernah ada pembersihan. Bahkan dibagian hilir diduga sengaja disekat sehingga tumbuhan itu tak terbawa angin.
"Tanaman itu seperti terjebak diblok Sasak Bubur lantaran tak pernah hilang ditiup angin seperti di blok lain perairan Waduk Saguling. Kondisi ini mengakibatkan permukaan air waduk menjadi sarang nyaman bagi jentik nyamuk," jelas Deni.
Sampel spesies nyamuk dari perairan Waduk Saguling blok Sasak Bubur, Kecamatan Cihampelas pun kemudian diambil petugas kesehatan untuk dibawa ke laboratorium Entomologi Loka Litbang Kesehatan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Pangandaran.
"Kita sudah ambil spesies nyamuknya termasuk larva dan jentiknya. Nanti kita kirim ke Loka Litbang Kesehatan," kata Yani.
Menurut Yani, jika melihat ciri-ciri pada tubuh dan karakteristiknya, nyamuk yang menyerang warga merupakan jenis Culex Sp dan jenis Aedes. Pasalnya beberapa sampel memiliki corak tubuh hitam putih dan warna kecoklatan. Meski begitu kepastian spesiesnya akan keluar berdasarkan penelitian entomologi.
"Jika hasil observasi ciri-ciri tubuh jenisnya ada dua yakni Culex Sp dan Aedes. Tapi hasil pastinya menunggu Litbang," paparnya.
Yani menjelaskan untuk menekan populasi nyamuk sebenarnya tak bisa hanya sekedar fogging atau pengasapan semata. Pasalnya, langkah itu hanya membunuh nyamuk dewasa. Dirinya merekomendasikan masyarakat menerapkan pola hidup menutup, menguras, dan mengubur atau 3M.
Sedangkan untuk kasus di Cihampelas, penanganan paling efektif adalah mengangkat tanaman eceng gondok karena tumbuhan ini menjadi media hidup jentik dan telur nyamuk.
"Gak bisa hanya fogging. Perlu pengangkatan eceng gondok karena ini tempat hidupnya jentik dan telur. Kalau fogging hanya indukan saja," tandasnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki