SuaraJabar.id - Puluhan siswa di Kota Bogor, Jawa Barat mengalami keracunan masal akibat memakan hidangan program makan bergizi gratis (MBG), Rabu 7 Mei 2025.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor menerima informasi bahwa keracunan MBG itu terjadi pada Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bosowa Bina Insani, Sukadamai, Tanah Sareal, Kota Bogor.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim meminta Kepala Dinas Kesehatan untuk segera mengecek sample sisa makanan yang diduga jadi penyebab Puluhan siswa keracunan.
Dedie khawatir keracunan itu juga terjadi akibat dari kebersihan nampan makan yang disediakan penyedia MBG. Sehingga ia meminta SPPG untuk memastikan makanan yang disalurkan ke siswa dalam keadaan aman, sehat dan higenis.
Baca Juga:Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka, 342 Siswa SMP Bandung Keracunan
“Saya menekankan agar proses persiapan bahan dan pengolahan dilaksanakan secara aman, bersih, dan higienis,” ujar kata dia.
Selain itu, Dedie Rachim juga menegaskan agar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bina Insani lebih waspada dan berhati-hati serta menjaga kualitas sajian makanan bagi para siswa.
Dari informasi yang dihimpun, SPPG Bina Insani mengelola 13 sekolah dengan total 2.977 porsi makanan. Berdasarkan data yang diterima, jumlah korban mencapai 36 orang dengan keluhan beragam, mulai dari mencret, pusing, muntah, demam, hingga sakit perut.
Saat ini, mereka yang terindikasi keracunan telah mendapatkan perawatan. Adapun yang dirawat inap sebanyak 5 orang, rawat jalan 7 orang, dan keluhan ringan 24 orang.
Adapun rincian pasien rawat inap adalah 2 siswa dan 3 guru dari TK Bina Insani. Sementara pasien rawat jalan terdiri dari 2 siswa dan 5 guru TK Bina Insani.
Baca Juga:Misteri Keracunan Massal Cianjur, Ada Jejak Bakteri di Kotak Makan MBG
Sedangkan yang mengalami keluhan ringan berjumlah 24 orang, terdiri dari 5 murid SMP Bina Insani, 18 guru SMP Bina Insani, dan 1 office boy SMP Bina Insani.
Sebagai informasi, keracunan MBG tidak hanya terjadi di Kota Bogor, tapi juga pernah terjadi di beberapa wilayah yang mengakibatkan sejumlah siswa sampai dirawat.
Berikut beberapa sekolah dan jumlah siswa yang pernah mengalami keracunan akibat program presiden Prabowo Subianto itu:
- Jawa Timur:
- SDN Banaran I, Kabupaten Nganjuk (7 siswa)
- Kalimantan Utara:
- SDN 003 Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan Selatan (29 siswa)
- SMAN 2 Nunukan Selatan (lebih dari 30 siswa)
- Jawa Tengah:
- SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo (50 siswa)
- SDN 5 Proyonanggan, Kabupaten Batang (60 siswa)
- TK Islam Al Karomah, Kabupaten Batang (3 siswa)
- Banten:
- SDN 2 Alaswangi, Kabupaten Pandeglang (28 siswa)
- Nusa Tenggara Timur:
- SDK Andaluri, Kabupaten Sumba Timur (29 siswa)
- Jawa Barat:
- MAN 1 Cianjur, Kabupaten Cianjur (51 siswa)
- SMP PGRI Cianjur, Kabupaten Cianjur (52 siswa)
- SMP Negeri 35 Bandung, Kota Bandung (342 siswa dan 2 guru)
- Sulawesi Tenggara:
- SDN 33 Kasipute, Kabupaten Bombana (13 siswa)
- Kabupaten Tasikmalaya:
- Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq (400 siswa)
Dinkes Bogor Bergerak Cepat
Peristiwa keracunan massal pelajar diduga setelah konsumsi makanan bergizi gratis di lingkungan sekolah, langsung ditangani oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor.
Untuk diketahui, laporan dugaan keracunan makanan yang dilaporkan pada Rabu (7/5/2025) sekitar pukul 12.00 WIB, yang diduga berasal dari MBG menjadi sorotan khusus Dinkes saat ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengatakan bahwa Dinkes langsung melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) untuk memastikan jumlah korban terdampak, serta melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan dan kondisi dapur penyedia makanan.
"Dari hasil penelusuran PE, kasus pertama terjadi pada pukul 15.00 kemarin, sehingga diduga disebabkan oleh makanan yang disajikan pada tanggal 6 Mei 2025. Berdasarkan data sementara yang dihimpun, tercatat 36 orang mengalami keluhan, sebagian besar berupa diare ringan, serta gejala lain seperti mual, muntah, dan demam," ujarnya, dikutip Kamis (8/5/2025).
Dari jumlah tersebut, 12 orang sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Saat ini, terdapat 5 orang yang masih dirawat inap di rumah sakit, sementara 7 orang telah mendapatkan pengobatan dan diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.
Adapun 24 orang lainnya yang tidak dirawat di rumah sakit telah diberikan obat sesuai gejala oleh dokter jaga Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Bina Insani.
"Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium diperkirakan akan keluar dalam beberapa hari ke depan," ucapnya.
Saat ini, lanjut Retno, pemantauan juga dilakukan terhadap proses pengolahan makanan di dapur penyedia untuk memastikan keamanan pangan.
Dapur yang sama diketahui menyediakan 2.977 porsi makanan yang didistribusikan ke 13 sekolah.
"Hingga pukul 17.00 WIB pada tanggal 7 Mei 2025, belum ditemukan laporan adanya kasus dari sekolah lain," terangnya.
Sesuai arahan Wali Kota Bogor, Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk memantau 12 sekolah lainnya apabila terdapat kasus tambahan dan memastikan semua kasus ditangani dengan baik.
Dinas Kesehatan juga terus berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk melakukan pendataan tambahan terhadap kemungkinan pasien baru.
"Seluruh rumah sakit di wilayah Kota Bogor juga telah dikoordinasikan untuk bersiap menerima pasien tambahan jika ada kasus baru yang muncul," jelasnya.
Selanjutnya, Dinas Kesehatan akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, pihak sekolah, dan instansi terkait lainnya untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Secara umum, Dinas Kesehatan juga mengimbau kepada masyarakat agar dalam mengonsumsi makanan perlu memperhatikan proses mulai dari penyiapan hingga penyajian makanan.
"Jika ada keluhan setelah mengonsumsi makanan, maka dapat segera mengakses pelayanan kesehatan di Puskesmas terdekat atau Dinas Kesehatan melalui call center PSC 119," tutur Retno
Sebagai informasi, pendampingan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam penyelenggaraan MBG ini meliputi:
Koordinasi dengan pihak sekolah untuk pengawasan makanan dan tata cara penyimpanan makanan yang baik hingga sampai ke siswa.
Melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) sesuai ketentuan.
Melakukan Pelatihan Higiene Sanitasi Pangan (HSP) kepada pengelola dan penjamah pangan dengan menggunakan modul yang telah tersedia.
Melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel lingkungan (air, makanan, usap alat, dan usap dubur).
Memberikan penyuluhan dan mewajibkan pengelola untuk menyimpan sampel makanan hasil produksi selama 2 x 24 jam di dalam freezer.
Memastikan semua tahapan proses pengolahan pangan sesuai standar keamanan pangan.
Melakukan pembinaan dan pengawasan ke satuan pelayanan secara berkala.
Dalam kejadian ini, Dinas Kesehatan melakukan penyelidikan sumber kontaminasi, pengawasan fasilitas pengolahan makanan, serta penanganan dan pemantauan pasien.
Kontributor : Egi Abdul Mugni