-
Konflik berawal dari keresahan warga Desa Mekarsari atas kebisingan dan aktivitas angkringan "Warles" yang mengganggu ketenangan lingkungan hingga dini hari.
-
Anak anggota DPRD, Rangga, melaporkan dugaan penganiayaan ke Polsek Cileungsi meski tokoh masyarakat setempat tegas membantah adanya kekerasan fisik.
-
Meskipun tokoh desa membantah kekerasan, proses hukum terus berjalan, menyoroti polemik antara keluhan warga dan tuduhan penganiayaan.
SuaraJabar.id - Kericuhan yang melibatkan warga Desa Mekarsari, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, dan anak seorang anggota DPRD setempat di sebuah angkringan kini memasuki babak baru.
Setelah beredar kabar dugaan pemukulan, para tokoh masyarakat setempat dengan tegas membantah adanya kekerasan fisik.
Namun, di sisi lain, anak anggota DPRD tersebut, Rangga, telah resmi melaporkan dugaan penganiayaan ke Polsek Cileungsi.
Insiden ini memicu polemik antara hak warga atas ketenangan dan tudingan kekerasan, menyoroti pentingnya penegakan ketertiban di ruang publik.
Baca Juga:BNPB Lancarkan Operasi Modifikasi Cuaca, 'Suntik' Awan Jabar dengan Kimia
Konflik ini berakar dari keresahan warga yang sudah lama terjadi akibat keberadaan angkringan "Warles" yang kerap memutar musik dengan volume tinggi hingga dini hari, mengganggu ketenangan lingkungan.
Menurut Kepala Dusun (Kadus) Mekarsari, Wiwiek Hidayat, keresahan warga sudah berlangsung lama.
"Sudah beberapa kali warga melapor, bahkan ada yang sampai jam 4 pagi musiknya masih keras. Istrinya ada yang sakit habis operasi, jadi terganggu banget. Warga sudah menegur, tapi tidak digubris,” katanya kepada wartawan, Sabtu, 25 Oktober 2025.
Tokoh Pemuda Mekarsari, Agus Pitroh, menambahkan bahwa masalah bukan hanya pada kebisingan.
"Keresahan warga bukan hanya karena keberadaan angkringan semata, melainkan karena aktivitasnya yang sering melewati batas waktu, bahkan ada laporan soal pengunjung yang membawa minuman keras dan berpakaian tidak sopan. Warga tidak masalah orang mencari nafkah, asal tertib. Tapi kalau sampai ganggu warga, apalagi malam-malam ada musik keras dan minuman keras, tentu warga merasa terganggu,” jelas Agus.
Baca Juga:Gus Dul: Pembentukan Ditjen Pesantren oleh Prabowo Adalah Hadiah Terbaik dan Tonggak Sejarah Baru
Pemerintah desa, melalui Kadus Wiwiek Hidayat dan Sekretaris Desa (Sekdes) Mekarsari, Dede Firdaus, telah berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas dan Polsek Cileungsi. Bahkan, Polsek Cileungsi sempat melakukan razia, yang sempat meredakan kebisingan, namun tak lama kemudian aktivitas bising kembali terjadi.
Ketegangan mencapai puncaknya setelah acara Maulid Nabi di sekitar lokasi angkringan. Sekitar 30 warga mendatangi angkringan secara spontan untuk menyampaikan keluhan dan menegur pemilik.
Kadus Wiwiek Hidayat, yang langsung datang ke lokasi, berusaha menenangkan warga. "Saya langsung datang dan menenangkan warga, meminta jangan ada tindakan anarkis. Kami hanya ingin menyampaikan keluhan,” jelasnya.
Dalam momen tersebut, salah satu pengunjung bernama Rangga, yang belakangan diketahui merupakan anak anggota DPRD Kabupaten Bogor, diamankan oleh warga.
Tudingan adanya pemukulan terhadap Rangga dibantah keras oleh Sekdes Mekarsari, Dede Firdaus, dan Tokoh Pemuda Agus Pitroh. Keduanya menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar dan memicu kesalahpahaman.
"Saya tegaskan, tidak ada pemukulan, tidak ada kekerasan. Itu fitnah dan dibesar-besarkan. Warga hanya menyampaikan keluhan karena musik diputar keras sampai dini hari," tegas Dede, Sabtu 25 Oktober 2025.