SuaraJabar.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, Jawa Barat, memperketat upaya pencegahan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak setelah terdeteksi 10 kasus di wilayah tersebut sejak akhir Desember 2024.
Berdasarkan data Dinas Pertanian (Distan) setempat, Penjabat (Pj) Bupati Cirebon Wahyu Mijaya di Cirebon, Senin (13/1/2025) mengatakan kasus PMK ini tersebar di Desa Panggangsari, Dukuh Widara, dan Sukadana. Walaupun jumlahnya sedikit, penyakit ini dianggap sangat menular sehingga diperlukan penanganan cepat dan tepat.
Menurutnya, ada sejumlah opsi untuk menekan kasus PMK ini, misalnya dengan memperketat jalur distribusi hewan ternak ke Kabupaten Cirebon.
Langkah ini, kata Wahyu, bisa saja dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang masuk ke Kabupaten Cirebon tidak membawa potensi penularan PMK.
“Terkait PMK, tetap kita antisipasi. Kami komunikasikan dengan dinas terkait untuk menangani masalah ini. Jangan sampai terjadi penyebaran lebih luas,” kata Wahyu.
“Jika kondisi mengharuskan, distribusi ternak akan diperketat. Namun selama situasi aman, kami akan tetap melakukan pengawasan dengan kondisi normal,” sambungnya.
Ia menyampaikan dinas terkait sudah mengerahkan tim medis veteriner untuk melakukan surveilans aktif di seluruh peternakan di Kabupaten Cirebon.
Wahyu mengatakan surveilans ini bertujuan mendeteksi dini kasus PMK baru, sehingga penyebarannya dapat dicegah secara optimal.
Selain itu, lanjut dia, program vaksinasi PMK terus digencarkan di berbagai wilayah yang berisiko. Vaksinasi ini mampu meningkatkan kekebalan ternak sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Baca Juga: Empat Sapi Mati Mendadak, PMK Terdeteksi di Bandung Barat
“Langkah lain yang dilakukan adalah pemberian perawatan intensif kepada sapi yang terinfeksi, termasuk pemberian obat-obatan dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan ternak,” ujarnya dilansir ANTARA.
Pihaknya juga rutin menggelar sosialisasi kepada para peternak mengenai pentingnya menjaga kebersihan kandang, serta membatasi interaksi ternak dengan hewan dari luar.
Wahyu menilai edukasi ini sangat penting untuk memutus rantai penularan PMK di tingkat peternakan.
“Kami mengimbau para peternak untuk lebih waspada dan segera melaporkan jika menemukan gejala PMK pada ternak mereka. Penanganan dini sangat diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih luas,” ucap dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Lereng Gunung Sinapeul Longsor, 100 KK di Arjasari Dievakuasi Darurat Malam Ini
-
Bukan Sekadar Ijazah, Rektor Baru IPB Dr. Alim Setiawan Siapkan Mahasiswa Jadi Global Leader
-
4 Spot Wisata Karawang Paling Kalcer dan Estetik Buat Healing Akhir Tahun Anti Boncos
-
3 Fakta Mengerikan di Balik 'Rudal Kayu' Banjir Bandang Sumatera Menurut Pakar IPB
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar