Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Sabtu, 26 April 2025 | 20:47 WIB
Ilustrasi Suara Tembakan. (Shutterstock)

SuaraJabar.id - Malam itu, langit Cisujen tampak lebih kelam dari biasanya. Angin yang biasa bersenandung di sela ilalang kini terasa membisu, seolah menahan napas untuk sebuah tragedi yang tak terelakkan.

Di sebuah saung sederhana beratap ilalang, Eem (55) dan Otib (60) berteduh dari dinginnya malam. Sudah dua tahun tempat itu menjadi saksi perjuangan mereka menggarap tanah, jauh dari gemerlap kota dan hiruk-pikuk dunia.

Namun, pada Selasa, 22 April 2025, takdir mendadak berubah.

Sekitar pukul 23.00 WIB, letusan senjata membelah kesunyian. Eem, yang mendengarnya dari dalam saung, sempat berpikir mungkin para pemburu tengah mengejar buruannya dugaan yang masuk akal mengingat beberapa hari sebelumnya, sejumlah pria sempat datang, bertanya tentang keberadaan babi hutan.

Baca Juga: Bohongi Polisi, Pria 46 Tahun Diringkus Satreskrim Polres Sukabumi

Tapi dugaannya runtuh seketika saat suara lirih itu terdengar dari balik kegelapan.

"Tulung, Mi. Tulung, Mi," lirih Otib, meminta pertolongan.

Panik, Eem meraih senter kecil. Cahaya redupnya menyingkap pemandangan yang membuat dunianya runtuh, darah menggenangi tanah, dan di punggung Otib, sebuah luka menganga, tembus ke dalam daging dan tulang.

"Saat saya sorot, kelihatan luka tembak di punggungnya," kenang Eem dengan suara bergetar, Sabtu (26/4/2025), saat ditemui di rumah panggungnya di Kampung Cipancur, Desa Kademangan, Kecamatan Surade dilansir dari Sukabumiupdate -jaringan Suara.com.

Dengan langkah gemetar, Eem mencari pertolongan. Uwa Sakim datang tergesa-gesa, kemudian Uwa Ibro, kakak Otib, turut dipanggil.

Baca Juga: Kemenhut Gagalkan Perdagangan Bagian Tubuh Satwa Dilindungi, Dua Pelaku Diamankan di Sukabumi

Tapi sebelum siapa pun sempat berbuat banyak, beberapa pria di antaranya JF, warga Bogor yang diduga sebagai penembak mendekat ke saung, wajah mereka membeku dalam keterkejutan.

Load More