Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Minggu, 29 Juni 2025 | 23:12 WIB
Kondisi Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu, Minggu (29/6/2025). ANTARA/HO Badan Geologi

SuaraJabar.id - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa Gunung Tangkuban Parahu tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik setelah gempa bumi yang terjadi pada Minggu (29/6/2025). Gempa tersebut diketahui dipicu oleh aktivitas Sesar Lembang.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa berdasarkan data dari BMKG, gempa berkekuatan magnitudo 2,7 terjadi pada pukul 08.49 WIB di koordinat 6,76 Lintang Selatan dan 107,63 Bujur Timur, dengan kedalaman 6 kilometer. Getaran gempa dirasakan hingga di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Tangkuban Parahu dengan intensitas III MMI.

“Pascagempa bumi tersebut, secara visual tidak teramati adanya peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Tangkuban Parahu,” kata Wafid dilansir dari Antara.

Ia menyebutkan, hingga saat ini, pengamatan visual menunjukkan adanya hembusan asap putih tipis hingga sedang dari Kawah Ratu dengan ketinggian antara 20 hingga 200 meter, serta dari Kawah Ecoma dengan ketinggian 5 hingga 10 meter. Tekanan hembusan terpantau lemah hingga sedang.

Baca Juga: Waspada! Jabar Diguncang 118 Gempa Sepanjang Mei 2025, BMKG Beri Imbauan Penting

Selain itu, manifestasi bualan lumpur yang muncul di Kawah Ratu sejak 5 Juni 2025 masih tetap teramati, tanpa perubahan signifikan dalam intensitas maupun luas area.

“Pemantauan kegempaan sejauh ini juga tidak menunjukkan peningkatan. Aktivitas seismik masih didominasi oleh tremor menerus, yang berasosiasi dengan aktivitas bualan lumpur di Kawah Ratu,” tambah Wafid.

Badan Geologi tetap melakukan pemantauan secara intensif terhadap perkembangan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu dan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang serta mengikuti arahan dari instansi terkait.

Dari rekaman kegempaan pada tanggal 28 Juni 2025 tercatat 3 kali Gempa Hembusan, 84 kali Gempa Low-Frequency (LF), 1 kali Gempa Tektonik Jauh (TJ) dan getaran Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5 – 1,5 mm.

Kegempaan tanggal 29 Juni 2029 hingga 12:00 WIB terekam Gempa LowFrequency (LF) sebanyak 41 kejadian, 2 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Hembusan, 1 kali gempa Tektonik Jauh (TJ), 1 kali Gempa Terasa pada skala III/MMI dan getaran Tremor Menerus dengan amplitudo 0,5 – 1 mm.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 4.8 di Sukabumi Terasa Hingga Bandung, BPBD Lakukan Pendataan Kerusakan

Pengamatan deformasi permukaan menggunakan alat EDM, GNSS dan Tiltmeter pascakejadian gempa terasa tersebut, lanjut Wafid, tidak mempengaruhi secara signifikan perubahan tekanan di bawah tubuh gunung api.

Namun demikian data pemantauan EDM masih menunjukkan kecenderungan pola inflasi, yang mengindikasikan akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunung api.

"Hal ini perlu menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanik yang jelas," ucapnya.

Hingga tanggal 29 Juni 2025, data pengukuran gas dari stasiun Multi-GAS permanen belum menunjukkan perubahan mencolok pada rasio gas (CO2/SO, CO/HS, H2O/CO2, H2S/SO2) maupun proporsi antara gas SO dan HS.

"Dengan mempertimbangkan semua data tersebut di atas, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal)," tuturnya.

Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan para pengunjung tetap diimbau untuk tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan kawah aktif, serta segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat.

Load More