Andi Ahmad S
Jum'at, 21 November 2025 | 12:59 WIB
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi [Suara.com/ANTARA]
Baca 10 detik
  • Kisah Rizki, eks kiper muda Persib yang dikira korban TPPO di Kamboja, awalnya memicu simpati dan tawaran bantuan biaya pemulangan dari Gubernur Jabar. 

  • Polda Jabar membantah Rizki korban TPPO. Ia ternyata sadar mencari pekerjaan sebagai scammer di Kamboja dan berbohong tentang kontrak bola di Medan. 

  • Proses pemulangan Rizki tetap diupayakan, namun ia akan diperiksa setibanya di Indonesia atas kebohongannya yang menyebabkan kehebohan di Jawa Barat.

SuaraJabar.id - Jagat maya Jawa Barat baru-baru ini dihebohkan dengan kisah pilu seorang ibu yang menangis histeris, memohon bantuan pemerintah untuk memulangkan anaknya yang diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja.

Sosok yang dimaksud adalah Rizki Nur Fadhilah (18), pemuda asal Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, yang juga diketahui sebagai mantan kiper muda jebolan Diklat Persib.

Kisah ini awalnya memancing simpati publik yang luar biasa, termasuk respons cepat dari orang nomor satu di Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang dikenal responsif terhadap isu kemanusiaan, langsung menyatakan kesiapannya untuk menanggung biaya pemulangan Rizki. Namun, fakta mengejutkan yang diungkap pihak kepolisian seolah membalikkan skenario drama ini 180 derajat.

Sebelum fakta sebenarnya terungkap, Gubernur Dedi Mulyadi telah berkoordinasi intensif dengan Polda Jabar dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja. Ia menegaskan bahwa negara hadir untuk melindungi warganya yang terjebak masalah di luar negeri.

"Apabila memang ingin kembali (pulang), kami akan mengembalikannya dan kami menyiapkan biaya untuk pemulangannya," ujar Gubernur Dedi Mulyadi dalam keterangan di Bandung, Kamis (20/11/2025).

Pernyataan Dedi ini awalnya merespons narasi bahwa Rizki ditipu. Menurut sang ayah, Dedi Solehudin, Rizki pamit pada 26 Oktober 2025 untuk dikontrak klub sepak bola di Medan. Namun, bukannya mendarat di Sumatera Utara, Rizki justru diterbangkan ke Malaysia lalu berakhir di Kamboja. Keluarga mengira ia disekap dan diperlakukan buruk.

Simpati publik seketika berubah menjadi tanda tanya besar setelah Polda Jabar merilis hasil penyelidikan resmi bersama KBRI Phnom Penh. Ternyata, Rizki bukanlah korban penculikan atau perdagangan manusia seperti yang digembar-gemborkan.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, membeberkan bahwa Rizki dalam kondisi aman di KBRI, namun statusnya bukanlah korban kejahatan.

"Yang bersangkutan sudah diamankan di KBRI Kamboja dan untuk kondisinya saat ini baik-baik saja. Bahwa dari keterangan yang kita dapatkan dari KBRI memang Rizki ini bukan sebagai korban TPPO, dan juga bukan kasus dari TPPO," kata Hendra di Bandung, Kamis.

Baca Juga: Ego 3 Kades di Karawang Nyaris Gagalkan Proyek Banjir Vital! Dedi Mulyadi Turun Tangan, Ini Hasilnya

Polisi mengungkap bahwa Rizki secara sadar mencari pekerjaan di luar negeri melalui media sosial. Ironisnya, pekerjaan yang ia lamar adalah sebagai operator penipuan daring alias scammer. Cerita tentang kontrak sepak bola di Medan hanyalah alibi atau kebohongan yang dibuat Rizki untuk mendapatkan izin orang tuanya.

"Dia sadar sendiri bahwa dia akan menjadi scammer di sana dengan gaji sekian. Dia hanya menduga enak atau tidak, tetapi berbicara kepada orang tuanya adalah sebagai pemain sepakbola di PSMS Medan," lanjut Hendra menjelaskan motif di balik kebohongan tersebut.

Kasus Rizki menjadi tamparan keras bagi anak muda yang tergiur iming-iming gaji instan di luar negeri tanpa skill yang memadai. Gubernur Dedi Mulyadi pun menyisipkan pesan peringatan agar warga Jabar tidak mudah terperdaya.

"Kami mengingatkan kepada semua warga Jabar agar berhati-hati ketika memutuskan bekerja di luar negeri, apalagi dengan iming-iming sesuatu yang besar," tegas Dedi. [Antara].

Load More