Perempuan Misterius di Balik Hotel Savoy Homann Bandung

Namun siapa Nyonya Homann, sulit sekali melacak jejaknya. Penelusuran terhadap koran-koran lama di situs delpher sedikit sekali membuahkan hasil.

Ari Syahril Ramadhan
Senin, 23 November 2020 | 11:44 WIB
Perempuan Misterius di Balik Hotel Savoy Homann Bandung
Hotel Savoy Homann. [Ayobandung.com]

Inggit Fadillah dalam skripsinya yang berjudul Perkembangan Hotel Savoy Homann Bandung (1871-2000), dengan mengutip sumber dari Proyek Pembinaan dan Pelestarian Kepurbakalaan Jawa Barat (terbit 1989) menyebut berdirinya Hotel Homann dapat diketahui lewat akte Eigendom No. 47 tanggal 7 Juni 1880, dan akte Eigendom No. 104 tanggal 31 Oktober 1889.

Tak diketahui apa isi kedua eigendom berbeda tahun itu. Namun sebagaimana tertera di judul skripsinya, sejarah Hotel Homann dimulai pada 1871. Kalau 1871 itu merujuk pada tahun didirikannya Hotel Homann, maka hotel itu sudah ada sebelum Nyonya Homann menikah dengan A Homann. Informasinya jelas berbeda dengan yang ditulis dalam obituari, juga yang muncul dalam buku Gids voor Bandoeng.

Nyonya Homann Mendirikan Hotel Montagne di Lembang

Nyonya Homann diceritakan mengelola Hotel Homann sampai sekitar tahun 1908. Buku Gids voor Bandoeng tampaknya jadi semacam kado perpisahan sekaligus legacy terhadap jasa besar Nyonya Homann dalam membesarkan hotelnya itu. Buku Gids voor Bandoeng ini memang diterbitkan oleh AC Nix & Co dengan mitra utama Hotel Homann.

Baca Juga:Bersihkan Radio Malabar, Anji Manji Malah Dituding Bikin Kerusakan

Mengapa Nyonya Homann berhenti mengelola hotelnya. Kemungkinan besar karena usianya. Saat itu, Nyonya Homann terbilang sepuh, sudah berumur 70 tahun. Sementara suaminya, A Homann, juga tak bisa membantu lantaran sudah lebih dulu meninggal dunia. Di sisi lain, entah mulai kapan, manajemen Hotel Homann membuka diri dengan sistem kemitraan.

Pada 1908 itu, Hotel Homann sudah bukan 100% milik kedua pasangan itu, melainkan sudah menjadi milik sejumlah pemegang saham. Dengan demikian, setiap tahun dilakukan semacam rapat umum pemegang saham yang diiringi dengan pembagian dividen.

Lepas dari kesibukan di Hotel Homann, Nyonya Homann menetap di Lembang (yang sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat). Dia membeli sebuah vila di kawasan yang tenang dan dingin itu. Mungkin karena orangnya memang tak bisa diam, vila itu tak lama kemudian berubah fungsi menjadi hotel. Namanya Hotel Montagne dan dikelola oleh CNJ van Gent, anak Nyonya Homann dari suami pertamanya.

Obituari itu juga menceritakan, salah satu yang menjadi ciri khas Nyonya Homann adalah seringnya dia bepergian ke luar negeri. Tujuannya dua. Pertama, untuk memperluas wawasannya akan bisnis perhotelan. Kedua, untuk rekreasi. Kebiasaan itu terus dilakukannya kendati fisiknya sudah menurun lantaran usia.

Awal 1917, saat umurnya 79 tahun, Nyonya Homann berangkat ke Eropa. Orang-orang dan kerabat dekat sudah mengingatkannya akan kondisi kesehatannya. Akan tetapi, Nyonya Homann tetap memutuskan untuk berangkat. Pada Maret 1917, Nyonya Homann kembali ke Hindia Belanda dengan menumpang kapal Wilis. Di atas kapal itu Nyonya Homann dikabarkan sakit sampai malaikat maut menjemputnya. Dengan demikian, perjalanan itu menjadi perjalanan terakhir Nyonya Homann.

Baca Juga:"Isolated Garden" Karya Seniman Bandung Juarai Kompetisi Lukis Nasional

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak