SuaraJabar.id - Harga cabai di pasar tradional di Kota Bandung mengalami kenaikan signifikan. Harga cabai rawit yang menyentuh angka Rp80-100 ribu membuat pelaku usaha yang mengandalkan cabai rawit sebagai salah satu bahan pokok kewalahan.
Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Kosambi Bandung, Wida (40) mengatakan kenaikan harga cabai terjadi sejak akhir Desember 2020 hingga saat ini. Kenaikan terjadi pada beberapa jenis cabai.
Cabai rawit merah yang naik jadi Rp90 ribu per kilo dari harga normal biasa Rp60 ribu rupiah. Cabe keriting merah naik Rp70 ribu per kilo dari harga normal Rp60 ribu rupiah.
“Naik sudah sejak akhir Desember kemarin,” ungkapnya kepada Suara.com ditemui di Pasar Kosambi, Kamis (7/1/2020).
Baca Juga:Pelajar Kota Bandung Masih akan Sekolah Daring Semester Genap Ini
Tidak hanya pada cabai, beberapa jenis sayuran pun mengalami kenaikan, salah satunya timun yang naik hingga 50 persen dari harga normal. Timun a dibanderol dengan harga Rp14 ribu per kilogram dari harga normal Rp7-8 ribu.
Selain itu, sayur kol juga mengalami kenaikan dari harga normal yang semula Rp10 ribu per kilogram saat ini naik menjadi Rp12 ribu. Namun, secara umum sayuran lainnya masih normal.
Wida mengatakan salah satu faktor kenaikan harga ini adalah cuaca. Tingginya harga juga berdampak pada stok yang tersedia.
“Pengaruh cuaca, kan banjir juga, saat ini dikit rawit merah saat ini, biasanya saya ambil di pasar Andir atau Ciroyom, barang kosong harga mahal,” ungkapnya.
“Pembeli kalau naik sedikit saja ngeluh, ada yang tidak jadi beli, kalau tukang jualan seblak harus beli,” imbuhnya.
Baca Juga:Kecelakaan Maut di Jembatan Layang Pasupati, Pengemudi Innova Tewas
Hal yang sama diutarakan pedagang sayur lainnya, Eli Marlina (55). Ia mengamini salah satu penyebab melambungnya harga cabai yakni faktor cuaca. Ia juga banyak mendapat keluhan dari pada pembeli.
“Salah satunya karena musim penghujan. Banyak yang ngeluh harga cabai naik, kayak tukang baso, tukang ayam, biasanya kan kalau sambal mah cuma-cuma gratis, jadi mereka juga ikut ngeluh, tambah modal,” ungkapnya.
Salah satu pedagang seblak di jalan Baranangsiang, Bandung Kokom Komariah (43) mengaku kesulitan dengan kenaikan harga cabai. Pasalnya ia harus menambah modal pengeluaran. Sementara harga per porsi seblaknya tetap sama.
“Karena butuh jadi meskipun mahal juga jadi harus beli, kemarin sekilo Rp100 ribu cabe cengek domba. Harga (sebalak) tetap, tidak naik, kalo dinaikin apalagi sekarang lagi pandemi nanti susah, paling dikurangin porsinya dikit,” ungkapnya.
Tingginya harga cabai ini berimbas pada pendapatan Kokom, ia mengaku pandemi saat ini semakin sulit. Sedikitnya ia membutuhkan 1 kilo cabai rawit per harinya untuk kebutuhan penjualan seblak.
“Pendapatan jadi pas-pasan, bisa makan juga sekarang alhamdulillah, apa lagi nambah biaya cabe. Modalnya jadi tinggi juga, nambah modal,” ungkapnya.
“Semoga bisa kembali normal lah, kemarin telor naik sekarang alhamulillah turun, eh cabe makin naik,” imbuhnya.
Kontributor : Emi La Palau