“Salah satunya karena musim penghujan. Banyak yang ngeluh harga cabai naik, kayak tukang baso, tukang ayam, biasanya kan kalau sambal mah cuma-cuma gratis, jadi mereka juga ikut ngeluh, tambah modal,” ungkapnya.
Salah satu pedagang seblak di jalan Baranangsiang, Bandung Kokom Komariah (43) mengaku kesulitan dengan kenaikan harga cabai. Pasalnya ia harus menambah modal pengeluaran. Sementara harga per porsi seblaknya tetap sama.
“Karena butuh jadi meskipun mahal juga jadi harus beli, kemarin sekilo Rp100 ribu cabe cengek domba. Harga (sebalak) tetap, tidak naik, kalo dinaikin apalagi sekarang lagi pandemi nanti susah, paling dikurangin porsinya dikit,” ungkapnya.
Tingginya harga cabai ini berimbas pada pendapatan Kokom, ia mengaku pandemi saat ini semakin sulit. Sedikitnya ia membutuhkan 1 kilo cabai rawit per harinya untuk kebutuhan penjualan seblak.
Baca Juga:Pelajar Kota Bandung Masih akan Sekolah Daring Semester Genap Ini
“Pendapatan jadi pas-pasan, bisa makan juga sekarang alhamdulillah, apa lagi nambah biaya cabe. Modalnya jadi tinggi juga, nambah modal,” ungkapnya.
“Semoga bisa kembali normal lah, kemarin telor naik sekarang alhamulillah turun, eh cabe makin naik,” imbuhnya.
Kontributor : Emi La Palau