SuaraJabar.id - Cerita mendiang BJ Habibie hingga kini masih melekat dalam ingatan Ibnu Susilo. Ia adalah pria dibalik pembuatan mobil Komodo yang telah mengaspal dari Sabang sampai Merauke.
Dulu pria 60 tahun itu mendapat cerita dari BJ Habibie ihwal kalahnya Jerman dalam perang, sehingga para insinyur membuat mobil-mobil kecil. Cerita itulah yang membuat Ibnu ini kian semangat untuk membuat mobil-mobil kecil bertenaga kuda.
Komodo merupakan kendaraan berjenis Utility Vehicle (UTV) karya anak dalam negeri yang diproduksi Fin Komodo. Lokasinya berada di Jalan Kolonel Masturi, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.
Kendaraan mini off road itu telah terjual ke berbagai daerah pelosok di Indonesia, dan berbagai negara. Seperti Malayasia hingga Afrika dengan harga ratusan juta per unit.
Baca Juga:Profil Indah Permatasari, Dinyinyiri Gegara Terlihat Kusam Setelah Menikah
Keluar dari Tempat Bekerja untuk Membuat Fin Komodo
Pada tahun 2004, Ibnu Susilo memutuskan undur diri dari PT Dirgantara Indonesia (DI), meski belum memasuki usia pensiun. Sejak keluar ia mulai fokus membuat perencanaan kendaraan berkapasitas 250 cc itu.
Ada sejumlah alasan yang membuat pria lulusan Institut Teknologi Surabaya (ITS) itu ingin membuat kendaraan pabrikan anak bangsa. Pertama, ia melihat masih banyak wilayah pedesaan di Sabang sampai Merauke yang belum tersentuh infrastruktur yang memadai.
Kedua, saat itu Indonesia belum memiliki budaya teknologi. Imbasnya, gempuran teknologi impor pun terus berdatangan. Kondisi itu menuntut Indonesia terus mengeluarkan uang ke negara lain.
Dirinya ingin teknologi lokal Indonesia berkembang, sehingga menjadi bangsa yang berbudaya akan teknologi. Bangga punya produk sendiri, hingga membuat uang dari luar negeri berdatangan ke Indonesia.
Baca Juga:Google Gandeng AMSI Gelar Pelatihan Penguatan Bisnis Media Digital
"Akhirnya saya merancang kendaraan dan resign dari PT DI," ucap Ibnu saat ditemui di tempat produksinya belum lama ini.
Berbekal pengalaman dan ilmunya dalam merancan pesawat terbang, Ibnu mencoba menerapkannya dengan membuat kendaraan yang ringan, lincah, bertenaga yang mampu menjangkau pedesaan.
Singkat cerita, tahun 2005 ia melakukan research pasar. Kemudian tahun 2006, Ibnu mulai membuat desainnya hingga akhirnya dirancang tahun 2007. Setahun kemudian, atau tahun 2008 jadilah Komodo generasi pertama satu-satunya.
Generasi Pertama Terjual Rp 37 Juta
Kendaraan KD 250X generasi pertama itu dilirik orang Riau yang tak sengaja melihat test drive. Pembeli melihat kendaraan dengan suspensi Fully Independent Double Woshbone dengan per keong tetap stabil meski melalui medan yang curam.
"Itu dibuatnya setahun, dan dijual Rp 37 juta," tutur Ibnu.
Pada tahun berikutnya Ibnu membuat Komodo generasi kedua hingga terakhir generasi kelima. Rumus yang digunakan sama disetiap generasinya, hanya beda perhitungan saja.
Rentan tahun 2008-2010, produksi mobil penjangakau pedesaan cukup minim, hanya tiga unit dalam setahun. Saat itu, semua sparepart ia produksi sendiri bersama rekan-rekan dan pekerjanya sehingga memakan waktu dalam menyelesaikan setiap unitnya.
Ibnu mulai membina pelaku UMKM di berbagai wilayah, seperti Kota Cimahi, Purwakarta dan Kota Bandung untuk membuat berbagai kebutuhan produksi Fin Komodo. Total ada 92 UMKM hasil binaan yang kini menjadi suplier tetap.
"Jadi semua komponennya lokal. Mereka ada yang bikin jok, stir dan sebagainya. Dengan adanya 92 UMKM, dari produksi 3 unit setahun, jadi 3 hari 1 unit," terang Ibnu.
Tiga Jenis Fin Komodo
Kini, Ibnu beserta 7 insinyur dan 33 teknisi di pabrikan Fin Komodo mempu memproduksi tiga jenis kendaraan. Yakni Medevac, khusus pengantar pasien atau korban bencana yang tidak bisa dijangkau kendaraan konvensional.
Kemudian Komodo Damkar, yang merupakan varian dalam penanggulangan awal titik kecil api hingga varian Patroli untuk memantau daerah terisolir tanpa bantuan kendaraan lainnya.
"Harganya sekarang Rp 110 juta per unit. Paling terjauh itu sudah terjual ke Afrika," sebut Ibnu.
Fin Komodo mulai memproduksi kendaraan listrik yang bernama Fin Komodo Bledhex. Kendaraan tersebut kini mejeng di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2021. Model tersebut mulai direncanakan tahun 2013.
17 Tahun Kebersamaan dengan Almarhum BJ Habibie
Semasa bekerja di PT DI (dulunya PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio), Ibnu terbilang dekat dengan BJ Habibie. Ia merupakan Presiden Indonesia ketiga, yang juga pendiri perusahaan tersebut.
Semasa aktif bekerja dan merancang pesawat N250, mendiang BJ Habibie seminggu sekali masuk ke ruangannya. Ia dan almarhum sama-sama berjuang membuat pesawat tersebut bersama para insinyur lainnya.
Cerita dan pesan yang selalu diingatnya adalah para Insinyur harus mampu memproduksi mobil. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu motifasinya untuk terus mengembangkan teknologi anak bangsa dengan membuat Fin Komodo.
Tahun 2017, ia dan BJ Habibie sempat bertemu kembali ketika Ibnu dianugerahi BJ Habibie Awards. Pertemuan itupun menurutnya berlangsung haru.
"Saya 17 tahun bareng-bareng sama beliau. Pas ketemu, ya nangis," kenangnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki