Mengenang Tradisi Lebaran Seru yang Kini Mulai Hilang

"Biasanya perang lodong itu adu kencang suara. Menjelang Lebaran lodong dibunyikan saling bersahutan antarkampung. Tahun 1980 paling ramai," terangnya.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 13 Mei 2021 | 09:22 WIB
Mengenang Tradisi Lebaran Seru yang Kini Mulai Hilang
ILUSTRASI. Permainan tradisional meriam karbit di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. (Antara/HO)

SuaraJabar.id - Menyambut Lebarn, tradisi yang paling dirindukan adalah saling hantar rantang. Namun, tradisi tersebut seolah lenyap di Kota Cimahi.

Satu atau dua hari sebelum Idul Fitri, mayoritas umat Islam sudah sibuk mengolah berbagai masakan khas lebaran seperti ketupat dan opor ayam. Biasanya porsi masakan sengaja dibuat lebih karena akan dijadikan hantaran untuk sanak keluarga.

Namun tradisi tersebut nampaknya hanya tinggal cerita. Sebab, sejak tahun 2005 saling hantar rantang berisi kudapan khas lebaran sangat jarang terlihat.

Machmud Mubarok, salah seorang pegiat sejarah masih ingat betul saat tradisi hantar rantang dilakukan puluhan tahun lalu yang berisi berbagai makanan. Seperti daging, kentang, bihun dan nasi. Rantang diberikan pada tetangga dan saling berbalas kirim.

Baca Juga:Keluarga Beda Agama, Angel Lelga Sebut Tak Punya Tradisi Khusus Lebaran

"Dulu tradisi rantang dilakukan H-2 atau H-1 lebaran. Rantang diberikan pada tetangga dan saling berbalas kirim, bahkan saking banyaknya bisa jadi makanan yang kita kirim kembali lagi kepada kita," ungkap Machmud saat dihubungi Suara.com baru-baru ini.

Swiss Belhotel Pondok Indah memperkenalkan 'Rantangan' ke kantor Walikota Jakarta Selatan
ILUSTRASI- rantang

Namun tradisi tersebut, kata Machmud, mulai menghilang sekitar tahun 2005. Ia tak tahu percis penyebabnya. Tapi yang pasti, kata dia, hilangnya tradisi tersebut membuat silaturahmi meluntur.

"Entah apa alasan lebih pastinya yang membuat tradisi rantang tergeser. Padahal tradisi rantang sangat baik dan memiliki makna mempererat silaturahmi," sebutnya.

Tradisi lainnya yang kini yang menghilang di Kota Cimahi adalah "perang" menggunakan meriam bambu alias lodong. Padahal dulunya permainan tersebut menjadi tradisi yang selalu ada jelang lebaran.

Machmud masih ingat betul saat tahun 1980-1990-an. Ketika itu ia dan teman-temannya yang berasal dari Sukajaya, Cibabat perang lodong dengan Parapatan Cihanjuang atau dengan kampung-kampung lainnya.

Baca Juga:Gunakan Salam Ini saat Silaturahmi di Hari Lebaran

"Biasanya perang lodong itu adu kencang suara. Menjelang Lebaran lodong dibunyikan saling bersahutan antarkampung. Tahun 1980 paling ramai," terangnya.

Namun suara ledakan lodong yang terbuat dari bambu atau dari kaleng yang sering dibuat anak kecil kini tidak terdengar lagi. Era petasan sepertinya mengubur tradisi bermain lodong jelang lebaran.

"Masuk tahun 2000-an lodong sudah tidak terdengar lagi eksistensinya," tukas Machmud.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini