Berkunjung ke Kampung Layang-layang, Ciptakan Buah Karya yang Melayang di Berbagai Kota

Kampung Cikeyeup sudah ramai dikenal sebagai kampung layang-layang sejak tahun 1970-an.

Galih Prasetyo
Minggu, 16 Juli 2023 | 15:00 WIB
Berkunjung ke Kampung Layang-layang, Ciptakan Buah Karya yang Melayang di Berbagai Kota
Berkunjung ke Kampung Layang-layang, Ciptakan Buah Karya yang Melayang di Berbagai Kota (Suara.com/Ferry Bangkit)

SuaraJabar.id - Desa di Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini dijuluki Kampung Layang-layang. Hampir sebagian khususnya kaum hawa dan remaja bekerja sebagai pembuat layang-layang yang turun-temurun dilakukan

Sekilas Kampung Cikeuyeup, Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat tampak seperti kampung-kampung lainnya di wilayah itu. Ada yang bekerja sebagai petani ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik.

Namun ketika memasuki kampung yang berada di dataran atas itu nampak warga tengah membuat layang-layang. Bambu-bambu diraut halus, benang diulur melingkar mengikat dua bilah bambu membentuk kerangka bidang.

"Iya ini lagi buat layangan. Satu orang paling sedikit bisa produksi 1000 layang-layang dalam seminggu. Itu kalau dikerjakan dari bahan mentah bambu, diraut, diikat, ditempel kertas sama 1 orang," ujat Aep Saepudin (46), salah seorang warga belum lama ini.

Baca Juga:Tragis! Bocah di Putussibau Tewas Terlilit Tali Layang-layang di Leher, Jari Tangan Ayahnya Juga Nyaris Putus

Kampung Cikeyeup sudah ramai dikenal sebagai kampung layang-layang sejak tahun 1970-an. Saat itu, anak-anak kampung mengenal layang-layang dari perantau Sumedang yang bermukim dan menjadi perajin di sana.

Bagi Aep, membuat layang-layang ini bukanlah hal yang sulit dikerjakan bagi masyarakat Kampung Cikeuyeup. Sebab masyarakat di 5 RW di Desa Singajaya memiliki keterampilan membuat layang-layang sejak mereka duduk di bangku SD sekalipun.

"Di sini mah setiap rumah jadi perajin, mulai dari bapaknya, ibunya, sampai anaknya jadi pengrajin. Apalagi musim layang-layang seperti sekarang, permintaannya sedang banyak," ujar Aep.

Dari keterampilan membuat layangan itu, setiap perajin layang-layang di Kampung Cikeuyeup bisa meraup pendapatan Rp700 ribu hingga Rp1,5 juta per minggu. Bagi masyarakat kampung, penghasilan itu cukup untuk menambal kebutuhan pokok sehari-hari.

Buah karya tangan-tangan terampil masyarakat Kampung Cikeuyeup ini sampai ke tangan anak-anak di berbagai kota-kota besar di tanah air. Seperti Kota Bandung, Jakarta, Tangerang, Surabaya dan kota-kota lainnya.

Baca Juga:Festival Layang-layang Jakarta di Pantai Lagoon

"Sekarang satu layang-layang dari perajin dijual ke pengepul dengan harga Rp900. Biasanya kita yang antar ke Bandung kalau enggak dari pihak sana bawa truk ke sini," tutur Aep.

Kepala Desa Singajaya, Chozin Kurnia mengatakan, pemerintah desa mencatat jumlah pengrajin di wilayahnya tersebar di RW 04, 05, 06, 08 dan 11. Totalnya ada sekitar 1.000 warga yang setiap harinya membuat layang-layang.

"Jumlah perajin yang kami catat ada sekitar 900 sampai 1000 orang. Para perajin layang-layang tersebar di 5 RW," ujat Chozin.

Dari perajin itu, masyarakat dikenalkan bagaimana cara meraut bambu dan menimbang dengan benang. Hingga akhirnya satu per satu masyarakat mendapatkan keuntungan dari menjual layang-layang hasil karya mereka.

"Orangtua-orangtua kami mengajarkan cara membuatnya. Bahkan sampai sekarang, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah sudah bisa cari uang dengan membuat layangan.," imbuh Chozin.

Seiring perjalanan waktu, pemilik modal datang dan menyediakan bahan baku mulai dari bambu, benang, sampai kertas yang sudah disiapkan dari pabrik. Para perajin yang tak punya kuasa atas pasar akhirnya tunduk di bawah sistem pengepul.

"Jadi mereka gak boleh jual ke siapa-siapa lagi karena bahan baku dan upah yang sebenarnya gak seberapa sudah dalam kontrol pengepul," ucapnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak