Kisah Janda Bandung, Terpuruk Miskin karena Corona Akhirnya Jadi PSK

Menyinggung soal bantuan sosial dari pemerintah, yang saat ini tengah digadang-gadangkan, ia mengaku tidak dapat bantuan tersebut.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 27 April 2020 | 14:14 WIB
Kisah Janda Bandung, Terpuruk Miskin karena Corona Akhirnya Jadi PSK

Karena tak tahan, ia memilih untuk mengakhiri kisa cintanya yang ia nikahi sejak berumur 16 tahun. "Uang cerai juga saya yang ngurus, udah engak tahan saja," kata dia.

Tak hanya menghidupi kedua anaknya, semenjak bercerai dengan suaminya ia tinggal bersama orang tuanya. Dengan kata lain, ia harus menghidupi orang tuanya itu.

Dalam kerjaannya yang baru ini, ia mulai berangkat sore hari setelah pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, hingga membantu mengerjakan pekerjaan sekolah anak-anaknya. Selepas itu, ia langsung berangkat dengan alasan, kerja sif malam.

"Yah paling pukul 21.00 WIB atau pukul 22.00 WIB baru pulang," tutur dia.

Baca Juga:Sambut Bulan Ramadan, Laudya Cynthia Bella Bicara Soal Menata Hati

Bukannya tak ingin mencari pekerjaan lain. Dirinya mengungkapkan, di situasi seperti saat ini, pekerjaan yang mudah dan cepat menghasilkan uang hanya dengan cara seperti ini.

Berkedok dengan menjajakan pelayanan pijat, setiap tamu yang ia layani, kerap di tawarkan untuk menjajal tubuh wanita itu.

Untuk berhubungan badan, ia memasang tarif Rp 500 ribu, untuk satu kali main. Jika ada tamu yang menginginkan lebih dari pelayanan, ia cukup senang. Karena ada uang lebih yang bakal ia terima.

"Kalau pijit kan ke teteh Rp 150 ribu buat bayar tempat. Kalau begitu (berhubungan badan) tetap Rp 150 ribu masuk ke muncikari, tapi selebihnya aku sakuin," katanya.

Rp 150 ribu yang disetorkan kepada muncikarinya itu, lanjut dia, dipergunakan untuk membayar sewa tempat apartement seharga 5 juta perbulannya. Ia mengaku, meski baru dirinya audah memiliki beberapa pelanggan tetap.

Baca Juga:Dokter: Bola dan Lapangan Perlu Disterilkan saat Musim Dilanjut

"Yah bersihnya ini yah, sehari bisa ngantongin Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu, itu juga kalau ramai. Paling sehari dua paling banyak tiga tamu," sambung dia.

Menyinggung soal bantuan sosial dari pemerintah, yang saat ini tengah digadang-gadangkan, ia mengaku tidak dapat bantuan tersebut.

Pengurus warga tempat ia tinggal, katanya lebih mementingan kerabat dan keluarganya sendiri dari pada warganya.

"Rw nya weh itu, mentingin saudaranya weh dari pada warga. Dianggapnya mungkin saya masih bisa kerja," katanya.

Bukan tidak mau, ia pasti berhenti untuk berkeja seperti ini. Namun untuk saat ini, hanya pekerjaan ini yang dapat diandalkannya. Apalagi, anak sulungnya berencana ingin kuliah.

Mau tidak mau, dirinya harus memutar otak untuk terus mendapatkan uang, agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan menabung untuk anaknya berkuliah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini