Warga di Sukabumi Bertaruh Nyawa Sebrangi Sungai untuk Jual Hasil Pertanian

Padahal tempat tinggal mereka masih berada di Pulau Jawa. Jaraknya tak lebih dari 200 KM dari tempat Presiden Joko Widodo ngantor di Istana Merdeka, Jakarta.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 29 Oktober 2020 | 09:58 WIB
Warga di Sukabumi Bertaruh Nyawa Sebrangi Sungai untuk Jual Hasil Pertanian
Warga Kedusunan Cibelut, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi bersusah payah menyeberangi Sungai Cicurug. | Foto: Istimewa

SuaraJabar.id - Potret miris belum meratanya pembangunan terjadi di Dusun Cibelut, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Di sini, warga harus mempertaruhkan nyawa menyebrangi  arus Sungai Cicurug saat akan menjual hasil pertaniannya.

Setelah 75 tahun merdeka, 533 jiwa di Kadusunan Cibelut yang terdiri dari Kampung Bojongwaru 1, Kampung Bojongwaru 2, Kampung Puncakhaur, Kampung Selaeurih, Kampung Sukasirna, serta Kampung Caringin belum bisa merasakan dampak dari pembangunan.

Hampir tak ada akses jalan yang layak yang menghubungkan tempat mereka tinggal dengan daerah luar. Padahal tempat tinggal mereka masih berada di Pulau Jawa. Jaraknya tak lebih dari 200 KM dari tempat Presiden Joko Widodo ngantor di Istana Merdeka, Jakarta.

Namun, warga Cibelut yang mayoritas berprofesi sebagai petani ini seakan hidup jauh belum bisa menikmati akses jalan aspal dan jembatan. Untuk bertemu jalan aspal, mereka harus melewati jalan setapak yang hanya bisa dilewati kendaraan roda dua.

Baca Juga:Patuhi Protokol Kesehatan! Tempat Wisata di 8 Daerah Ini Diawasi Ketat

Di musim hujan seperti saat ini, kondisinya licin dan berlumpur. Jalan ini cukup menantang untuk dijadikan track offroad adventure menggunakan sepeda motor enduro special engine.

Warga Kedusunan Cibelut, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi bersusah payah membawa hasil tani di medan berlumpur. | Foto: Istimewa
Warga Kedusunan Cibelut, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi bersusah payah membawa hasil tani di medan berlumpur. | Foto: Istimewa

Namun warga biasa melewatinya menggunakan sepeda motor biasa. Makin sulit, mereka membawa beberapa karung hasil pertanian saat melewati jalur ini.

Selain itu, mereka pun harus bertaruh nyawa menyeberangi Sungai Cicurug.

"10 kilometer kondisi jalannya tanah berlumpur, batu terjal dan beberapa jembatan kecil dari pohon kelapa yang licin," ujar Dewi Sulastri (34 tahun) warga Kampung Selaeurih 04/02 Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud saat diwawancarai sukabumiupdate.com-jaringan suara.com, Rabu (28/10/2020).

Masih kata Dewi, warga di Kedusunan Cibelut harus bersusah payah membawa hasil panennya, baik berupa kapol, padi maupun palawija untuk dijual.

Baca Juga:Libur Panjang, Ridwan Kamil Sarankan Warga Berlibur di Rumah

Rintangan paling sulit adalah saat musim hujan, di mana hampir semua akses jalan ditutupi lumpur. Baru bisa menemui jalan aspal setelah tembus wilayah Desa Bangbayang.

"Dari dulu jalan tersebut tidak pernah ada pengerasan dan pengaspalan, padahal itu akses perekonomian, pendidikan juga kesehatan," lanjut Dewi.

Sementara itu, Yandi (32 tahun) warga Kampung Bojongwaru 2 Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud mengatakan, selain melintasi jalan berlumpur, ia juga harus menyebrangi sungai.

"Terutama warga yang berada di Kampung Selaeurih kalau mau ke jalan aspal. Ada empat jembatan kecil terbuat dari pohon kelapa, dan yang besarnya ada dua jembatan. Tapi tetap harus turun ke sungai karena tidak ada jembatan. Dari dulu belum ada perbaikan infrastuktur, semuanya hasil gotong royong warga," tegasnya.

Diwawancarai terpisah, Kasi Pembangunan Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Ewin Wasito menjelaskan bahwa awalnya jalan tersebut sempat dibuka atau dilakukan pelebaran sepanjang 11 kilometer dan lebar 9 meter, yang merupakan program dari Pemprov Jawa Barat.

"Namun katanya sekarang oleh Pemkab. Itu jalan tembusan ke Jalan Cimahpar Desa Bangbayang yang tahun kemarin baru diaspal. Untuk jembatan gantung di Sungai Cicurug, dulunya ada namun sudah dua sampai tiga kali terbawa arus air sungai. Pihak desa saat ini menunggu laporan dari kadus (kepala dusun)," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini