SuaraJabar.id - Kota Cimahi memiliki jarak yang dekat dengan Sesar Lembang. Masuk kategori zona merah bahaya dampak kegempaan Sesar Lembang, Cimahi dituntut untuk siap menghadapi kemungkinan terjadinya gempa.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lintasan Sesar Lembang membentang sepanjang 29 kilometer dari timur ke arah barat. Kota Cimahi berada sekitar 3 kilometer dari titik terdekat Sesar Lembang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi, Rezza Rivalsyah mengatakan, titik terdekat wilayah Kota Cimahi berada di Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara. Sementara dengan wilayah selatan itu sekitar 13 kilometer.
“Batas wilayah terdekat Cipageran 3 kilometer dari titik sesar terdekat. Sehingga membuat Cimahi berisiko tinggi merasakan potensi gempa,” kata Rezza saat dikonfirmasi, Kamis (28/1/2021).
Baca Juga:Fakta-Fakta Sesar Lembang, Ini 4 Poinnya
Kota Cimahi sendiri berdiri di atas lahan seluas 40,2 kilometer persegi yang meliputi tiga kecamatan dan disokong 15 kelurahan. Jumlah penduduknya mencapai sekitar 555.966 jiwa berdasarkan Data Konsolidasi Bersih (DKB) Semester I Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cimahi.
Jumlah tersebut menjadikan Cimahi menjadi daerah dengan kepadatan tertinggi di Indonesia. Banyak pemukiman padat di Kota Cimahi. Kondisi ini, kata Rezza, memang berisiko tinggi mengalami kerusakan apabila bencana gempa terjadi.
“Melihat kepadatan penduduk memang sangat beirisko terhadap bahaya gempa bumi. Dari utara sampai selatan Cimahi itu berisiko,” jelas Rezza.
Namun dengan potensi gempa yang ditimbulkan Sesar Lembang itu, pihaknya meminta masyarakat untuk tidak panik berlebihan, namun tetap waspada. Ini karena gempat hingga saat ini belum bisa diprediksi.
Hal terkecil yang bisa dilakukan masyarakat ketika terjadi gempat adalah, menentukan arah keluar rumah dan menentukan titik kumpul bersama orang terdekat di rumah.
Baca Juga:Geger Jawa Bakal Diguncang Gempa Besar Sesar Lembang, Benarkah?
“Kita tidak henti-hentinya dalam berbagai kesempatan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya dalam penanggulangan bencana daerah,” imbuhnya.
Dari BPBD, lanjut Rezza, sejak tahun 2018 sudah menyusun rencana kontinjensi gempa bumi bersama stakeholder terkait. Dari mulai unsur pemerintah, TNI, Polri hingga masyarakat untuk memetakan kesiapan Kota Cimahi dalam menghadapi gempa bumi.
“Ada kajian sumber daya dan peralatan. Jadi kita petakan dulu kapasitas Kota Cimahi dalam menghadapi gempa bumi seperti apa. Jumlah rumah sakit, ambulan, tenaga kesehatan dan sebagainya. Jadi semua pihak dalam rencana kontinjensi ini juga memiliki peran dalam penanggulangan bencana,” ungkapnya.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG, Rasmid mengatakan, karena Sesar Lembang tidak bisa diprediksi kapan bergerak, maka yang perlu diperlu dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan. Langkah mitigasi harus dilakukan oleh pemerintah daerah.
“Terkait mitigasi, secara garis besar dibagi dua, mitigasi struktural dan non struktural. Mitigasi struktural terkait dengan bangunan. Rumah sakit, sekolah, kantor harus dibangun dengan keuatan tahan 6,8 magnitudo,” jelasnya. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]