Kebutuhan keluarganya yang berjumlah delapan orang termasuk dua anaknya yang tinggal di satu atap rumah sempat terbantu ketika suaminya merintis usaha penjualan stroberi. Konsumennya sudah tetap berada di wilayah Jabodetabek.
Namun ketika mulai menikmati hasilnya, usaha suaminya lagi-lagi terdampak kebijakan PPKM Darurat.
Tak ada aktivitas pengiriman lantaran konsumennya seperti di Jakarta pun tutup beroperasi.
Novi semakin terpukul ketika ayahnya terkena stroke dua bulan lalu, sehingga tak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Baca Juga:Pejabat Minta Diistimewakan saat Pandemi, Yunarto Wijaya: Mereka Merasa Jadi Majikan
Ayahnya kini terbaring lemas di rumah yang rencana akan dijualnya.
Kondisi itu membuat Novi dan suaminya pun kian tersudut. Apalagi di keluarganya tak ada satupun yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tepat. Suaminya hanya buruh serabutan.
Ia pun sampai harus menjual perabotan rumah tangga hingga pakaian. Seperti panci, helm, rice cooker hingga yang teranyar menjual speaker.
Bahkan Novi dan keluarganya merasa malu sebab sudah terlalu sering dikirimi beras oleh saudaranya.
"Jual rice cooker Rp 5 ribu ke tukang rongsong buat beli beras. Makannya saya netes air mata kalau anak minta jajan juga," tutur Novi.
Baca Juga:Keluh Kesah Supir Angkot Balikpapan: Tak Ada Penumpang, Susah Cari Rejeki, Begitupun Makan
Meski perekonomiannya seolah berada diujung tanduk, namun ironisnya lagi keluarganya belum pernah mendapat uluran bantuan apapun dari pemerintah.