SuaraJabar.id - Fenomena "bedol desa" pejabat Purwakarta ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi menjadi perbincangan hangat.
Di luar isu politik yang menyertainya, ada beberapa fakta menarik yang terungkap dari mutasi besar-besaran di Pemprov Jabar ini.
1. Bukan Sekadar Pindah, Mereka Mengisi Posisi 'Jantung' Pemerintahan**
Perpindahan 10 pejabat ini bukan sekadar mengisi pos-pos biasa. Beberapa di antaranya langsung menempati jabatan strategis yang menjadi "dapur" atau "jantung" jalannya pemerintahan provinsi.
Baca Juga:Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
Contohnya, Dadi Sadali yang kini menjabat Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah (BKD), posisi vital yang mengurusi seluruh ASN di Jabar.
Selain itu, ada Edi Sukandar sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan dan Kosasih sebagai Sekretaris Dinas Bina Marga, dua dinas dengan anggaran dan tanggung jawab yang sangat besar bagi pelayanan publik.
2. Dari Camat Hingga Kepala UPTD Pendapatan
Mutasi ini tidak hanya melibatkan pejabat eselon tinggi, tetapi juga mencakup level yang lebih beragam, menunjukkan jangkauan "perekrutan" yang luas.
Salah satu yang paling disorot adalah Muhamad Kosim, yang sebelumnya menjabat sebagai Camat Bojong di Purwakarta, kini melompat ke level provinsi sebagai Kabid Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat.
Baca Juga:Gerbong Purwakarta Tiba di Jabar: Ini Daftar Lengkap 10 Pejabat yang Diboyong Dedi Mulyadi
Ini menunjukkan bahwa Dedi Mulyadi tidak hanya menarik pejabat level kepala dinas, tetapi juga figur dari level kecamatan yang dianggap berprestasi.
3. Pembelaan Resmi: Bukan 'Gerbong Politik', Tapi Hasil 'Talent Scouting'
Di tengah tudingan membangun "gerbong politik", Pemprov Jabar memberikan penjelasan resmi yang modern.
Sekda Herman Suryatman menegaskan bahwa proses ini adalah hasil dari 'talent scouting' atau mekanisme pencarian bakat proaktif.
Menurutnya, Pemprov Jabar secara aktif mencari ASN berprestasi dari seluruh kabupaten/kota, dan 10 pejabat dari Purwakarta ini dianggap lolos uji kompetensi dan kualifikasi.
Jadi, secara resmi, mereka bukanlah "orang titipan", melainkan "talenta terpilih" yang terjaring sistem.