SuaraJabar.id - Kebakaran di TPA Sarimukti Kabupaten Bandung Barat (KBB) belum juga padam hingga hari ini, Kamis (24/8). Gunungan sampah yang terbakar di TPA Sarimukti sejak enam hari lalu ini timbulkan dampak bagi warga.
Memasuki hari keenam kebakaran di TPA Sarimukti, warga yang bertempat tinggal di lokasi kejadian sudah berdatangan ke posko kesehatan. Hal ini lantaran para warga mulai merasakan dampak asap dari kebakaran di TPA Sarimukti.
"Saya ngerasain pengap, tenggorokan gatal, badan gatal, pilek sama nyeri," ujar Engkan (48) warga Kampung Sirnagalih, RT 02/02, Desa Sarimukti.
Dia mengatakan mulai merasakan gangguan kesehatan sejak asap kebakaran itu mengepung pemukiman warga. Bukan hanya Engkan yang merasakan hal serupa, namun anggota keluarga lainnya juga mengeluhkan pengap dan sebagainya.
"Rumah saya lumayan deket dengan lokasi kebakaran TPA Sarimukti. Saya tinggal bertiga sama suami dan anak, semuanya ngerasain dan baru beli obat di warung, hari ini baru berobat. Asapnya selalu masuk ke rumah saya," tutur Engkan.
Selain itu, warga juga mulai mengeluhkan tumpukan sampah lantaran kebakaran di TPA Sarimutki mengakibatkan pengiriman sampah di wilayah Bandung Raya, seperti kota Cimai terganggu.
Akibat kebakaran sejak Sabtu (19/8), TPA Sarimukti untuk sementara ditutup. Dampaknya, sejumlah tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di kota Cimahi mulai menumpuk.
"Iya udah lima hari numpuk begitu, belum terangkut karena kan TPA Sarimukti ditutup sementara," ujar Suryati (40), salah seorang warga
Dia mengatakan, keberadaan sampah yang sudah menumpuk berhari-hari itu dikeluhkan warga sekitar, pedagang hingga pengunjung Wisata Culinary Night yang terpat berada di belakang TPS Pasar Atas Baru itu.
Baca Juga:Kebakaran TPA Sarimukti Masuki Hari Kelima, 7 Sekolah Diliburkan Dua Hari
Pengelola TPS Pasar Atas, Caca mengatakan dalam sehari, ada sekitar 15 sampai 20 ton sampah yang dibuang ke TPS Pasar Atas. Jumlahnya bisa terus bertambah dan makin menggunung mengingat belum ada kepastian kapan pelayanan TPA Sarimukti dibuka lagi.
"Motor-motor sampah dari wilayah RW juga masih di sini, karena belum bisa menurunkan muatan. Kita melayani 15 RW dengan produksi sampah sehari 15 sampai 20 ton. Itu dari beberapa kelurahan seperti Setiamanah, Cimahi, dan yang lainnya," kata Caca.
Pemerintah Pusat Diminta Turun Tangan
Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat mendesak pemerintah pusat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera turun tangan untuk mengatasi kebakaran di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sebab, kebakaran sampah yang terjadi di TPA Sarimukti sulit dipadamkan petugas pemadam kebakaran dari berbagai wilayah sudah berjibaku hampir satu pekan dengan menyemprotkan pada bagian atas hingga menyuntikan air ke bagian dalam gunungan sampah menggunakan nozzle.
"Ini harus ada penanganan dengan pusat, karena belum ada solusi dari hari Minggu. Solusinya bisa lewat udara," kata Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat Viman Alfarizi Ramadhan di TPA Sarimukti.
Dia mengatakan, pemadaman api di TPA Sarimukti secara vertikal dari udara baik menggunakan Helikopter Water Bombing maupun hujam buatan menjadi solusi yang harus dicoba. Sebab, kondisi seperti ini jangan dibiarkan sampai berlarut.
Dia mengatakan dampak dari kebakaran ini bukan hanya menimbulkan gunungan sampah di wilayah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan KBB, namun juga mengancam terhadap kesehatan warga baik yang berada di kawasan TPA Sarimukti maupun di wilayah pengirim.
"Asapnya pastinya kalau berhari-hari akan menimbulkan penyakit. Kita harus tuntaskan dengan kolaborasi antara Pemkot, Pemda dan pusat," ujar Viman.
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah TPA/TPST Regional, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat, Arif Perdana mengatakan, faktor yang menyebabkan api sulit dipadamkan karena masih ada lapisan gas metan, area yang terbakar meluas, dan mobil Damkar minim.
"Lapisan gas metan di lahan 12 hektare (yang terbakar) ini memang masih ada di bawahnya, nah jadi ini yang bikin api menjadi sulit untuk dipadamkan," kata Arief.
Menurutnya, jika melihat kepulan asap berwarna putih dan hitam, artinya masih ada bara di bawah tumpukan sampah dan ada lapisan gas metan, tetapi tidak terlalu dalam karena kondisi di bagian dalamnya basah.
"Sehingga lapisan gas metannya tidak terlalu tebal tapi mengeluarkan asap putih, kalau bagian permukaan yang terbakarnya plastik, jadi keluar asap hitam," kata Arif.
Dengan kondisi itu, kata dia, api masih sulit dipadamkan terlebih mobil Damkar yang diturunkan juga hanya ada 7 unit, sedangkan idealnya harus ada 20 unit yang harus diterjunkan untuk memadamkan api yang terus menyala.
"Kalau perkiraan kami harus ada 20 unit mobil Damkar, kita lihat saja teman-teman dari kabupaten/kota apakah bisa membantu kami di sini atau tidak," ucapnya.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki