Bukan Lagi Beras dan Gas: Cerita SPPG Aceh Bertahan di Tengah Kepungan Banjir

Kamal sapaan akrabnya mengaku mendorong para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk berkreasi usai banjir bandang menerjang Aceh, Sumut dan Sumbar.

Andi Ahmad S
Jum'at, 05 Desember 2025 | 02:40 WIB
Bukan Lagi Beras dan Gas: Cerita SPPG Aceh Bertahan di Tengah Kepungan Banjir
Badan Gizi Gratis di Aceh
Baca 10 detik
  • Banjir besar di Aceh menyebabkan kelangkaan bahan baku pangan dan energi, sehingga pengelola SPPG berinovasi mengganti menu menggunakan pangan lokal serta beralih ke briket batu bara demi menjaga keberlangsungan program.

  • Akibat rusaknya infrastruktur listrik dan air bersih, operasional 19 SPPG di Bireun terpaksa terhenti. Kendala logistik ini menghambat distribusi bantuan gizi bagi masyarakat yang terdampak bencana di wilayah tersebut.

  • Selama masa darurat, program Makan Bergizi Gratis dialihkan kepada korban banjir dengan menyalurkan ratusan ribu paket bantuan. SPPG juga berkolaborasi menyediakan kendaraan operasional guna mempercepat proses penanganan pasca bencana.

SuaraJabar.id - Kepala Regional SPPG Badan Gizi Nasional (BGN) Aceh, Mustafa Kamal mengaku sedih usai banjir bandang menerjang wilayah Aceh dan menyebabkan bahan pangan langka.

Kamal sapaan akrabnya mengaku mendorong para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk berkreasi usai banjir bandang menerjang Aceh, Sumut dan Sumbar.

“Kami sedang berupaya untuk mengganti menu dengan menu lokal karena bahan pangan untuk SPPG-SPPG ini mengalami kelangkaan,” katanya, Rabu pagi, 3 Desember 2025.

Menurut Mustafa Kamal, mereka sudah berkoordinasi untuk mengusulkan penggantian menu yang selama ini mereka olah, dengan umbi-umbian, kacang-kacangan, tahu tempe dan juga ikan yang dibudidayakan di kolam-kolam warga.

Baca Juga:BGN Ancam Suspend Mitra Makan Bergizi Gratis yang Nakal

Sebab, bahan baku makanan lokal ini masih banyak di wilayah-wilayah Aceh.

“Bahan makanan lokal ini tersedia di wilayah Aceh Barat, Bireun, dan Pidie,” ujarnya

Kepala Regional SPPG BGN Aceh ini juga telah bertemu Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh untuk membahas pasokan gas. Sebab, untuk kelancaran pasokan gas, diperlukan waktu 1 sampai 2 bulan lagi. Mereka kemudian berencana mengganti bahan bakar gas dengan briket batu bara.

“Kemarin kami sudah bertemu ESDM Aceh yang menawarkan briket batu bara,” kata Kamal.

Persoalan lain adalah kelangkaan air bersih dan pasokan listrik. Mereka sudah menghubungi PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), namun pihak PDAM masih belum bisa memastikan kapan bisa memperbaiki instalasi air minum yang berantakan pasca banjir.

Baca Juga:Bukan Lagi untuk Siswa, 500 Ribu Paket Makanan SPPG Kini Mengalir ke Korban Banjir Aceh

Sampai saat ini, aliran listrik pun masih belum stabil. Sebab banyak instalasi dan jaringan listrik yang terendam banjir.

Akibat bencana banjir, 19 SPPG di Kabupaten Bireun, terpaksa berhenti beroperasi.

“Penyebab utama karena di wilayah Kabupaten Bireun telah terjadi kelangkaan bahan baku, gas, air bersih dan listrik,” demikian hasil temuan lapangan Tim Deputi Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) Badan Gizi Nasional, yang turun langsung ke Lokasi di bawah pimpinan Deputi Tauwas Letjen TNI (Purn.) Dadang Hendrayuda, pada Selasa, 2 Desember 2025.

Secara umum saat ini di Kabupaten Bireun, Nangroe Aceh Darussalam, terdapat 26 SPPG yang sudah beroperasi. Namun akibat bencana banjir, 2 SPPG terdampak langsung dan tidak bisa beroperasi sejak awal.

Adapun Kecamatan di Bireun yang terdampak langsung oleh bencana banjir adalah Kecamatan Jangka dan Kecamatan Peusangan.

Selama masa pemulihan pasca bencana, terdapat 21 SPPG yang kemudian mengalihkan penerima manfaat program MBG. Jika semula MBG diberikan kepada siswa-siswa sekolah, karena sekolah diliburkan, maka MBG kemudian diserahkan kepada masyarakat, terutama untuk membantu korban bencana di Kabupaten Bireun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini